Chereads / reincarnation of a demon god (sub Indonesia) / Chapter 70 - kebebasan Siestina, Erina dan Ginny

Chapter 70 - kebebasan Siestina, Erina dan Ginny

"crek" kunci penjara di bukakan oleh Hiuga. Hiuga masuk ke dalam penjara itu sambil membuka pakaian yang ia curi.

"Mengapa kau kesini?" Ujar Siestina dengan wajah dingin dan tidak mengharapkan kedatangan Hiuga.

"Aku akan membebaskan kalian!" Jawab Hiuga dengan nada rendah dan mengingat penyesalannya.

"Kami tidak butuh bantuan mu! Tinggalkan kami. Aku yakin Arth akan menolong kami" ujar Siestina bersikeras tidak ingin keluar.

"Aku mengerti...aku juga minta maaf pada kalian karena telah berbohong dan membunuh Adis. Tapi asal kalian tahu, aku juga korban pembohongan mereka. Pada awalnya aku melakukan jahat itu kerena ingin menyelamatkan ibuku. Namun nyatanya, ibuku telah tiada dan aku telah dibohongi oleh mereka...dan sekarang, aku ingin menyampaikan balas dendam ibuku pada mereka" Hiuga mengatakan itu dengan penuh perasaan dan hasrat.

"Kami tidak peduli!" Jawab Erina yang dari tadi terus mendengarkan perkataan Hiuga.

"Erina! Aku minta maaf telah membohongi mu. Akan tetapi kau teman pertama ku, aku tidak rela melihat teman ku dipenjara seperti ini!" ujar Hiuga yang terus membujuk Erina.

"Teman? Teman apa yang ingin menghancurkan temannya? Lebih baik aku disini dari pada bersama teman yang seperti itu!" Erina mengatakan itu dengan raut wajah kesal.

Mendengar itu, Hiuga langsung termenung karena tidak ada yang mempercayai dirinya. "Aku akan mengingatkan kembali. Ikutlah dengan ku kabur dari penjara ini, karena menunggu disini percuma saja! Arth sudah tiada, dan sekarang aku ingin kalian mengenangnya dan meneruskan keinginannya" ujar Hiuga sambil berjalan meninggalkan mereka bertiga.

"Keinginan Arth adalah untuk menyelamatkan kita! Aku pikir Hiuga telah melakukan keinginan Arth!" Ujar Ginny sambil mengulurkan tangannya pada Siestina dan Erina mengajak untuk ikut dengan Hiuga.

"Tapi.." Erina merasa berat dengan ajakan Ginny.

"Ayo" Ginny langsung menggenggam tangan Erina dan menariknya.

"Hiuga! Apa rencana mu? Aku akan mengikuti mu untuk membalaskan dan membuat para dewa sadar akan hal salah yang dibuatnya" ujar Siestina sambil berdiri.

Hiuga berbalik arah dan melihat mereka bertiga sambil tersenyum. "Aku senang pada akhirnya aku bisa bersama kalian. Setelah kita keluar dari dunia para dewa, kita akan kembali menemui Silvanus dan memberitahukan bahwa Arth sudah meninggal. Aku yakin Silvanus akan membantu kita setelah ini"

"Kalau begitu, bagaimana cara kita keluar dari sini?" Ujar Siestina sambil melihat-lihat apakah ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan.

"Kita harus keluar dari sini, bagaimanapun caranya. Setelah itu, aku akan mengeluarkan sihir gerbang pemindah dimensi menuju dunia manusia" jawab Hiuga sambil keluar dari penjara.

"Ayo!!"

Mereka berlari melewati lorong-lorong untuk melarikan diri. Tiba-tiba ada segerombolan para penjaga penjara. "Berhenti!!" Ujar salah satu dari mereka.

Siestina mengeluarkan akar tajam yang menusuk kepada mereka semua hingga mati. "Ayo cepat!"

*********

Arth masih di dalam tenda yang tertidur lelap. "Ayah...ayah...ayah bangun! Kita harus berangkat sekarang" ujar Mine sambil membangunkan Arth yang sedang tertidur.

"Tunggu! Sebentar lagi...aku ingin tidur sebentar lagi"

"Bruuk" Mine memukul kepala Arth dengan keras supaya Arth terbangun. "Ayah...ayo berangkat, aku sudah bosan disini" ujar Mine sambil memukul-mukul Arth.

"Iya, aku bangun" ujar Arth sambil terbangun dari tidurnya. Kemudian Arth berdiri dalam keadaan linglung dan melihat ke sekitarnya. "Dimana Shivi?" Ujar Arth yang tidak melihat Shivi.

"Aku disini!" Jawab Shivi yang datang secara tiba-tiba dari belakang Arth.

"Aku kaget sekali! Apakah kerajaan DARK Flame masih jauh?" Ujar Arth sambil membereskan tendanya.

"Boro-boro jauh, malahan sangat jauh sekali. Entah kapan kita sampai ke sana" jawab Shivi dengan kesal.

Arth membereskan tendanya hingga selesai, setelah itu Arth mengajak mereka untuk melanjutkan perjalannya menuju kerajaan DARK Flame.

*********

"Disini kau rupanya!" Ujar Orba yang dari tadi memperhatikan Arth. Orba telah menemukan Arth tadi malam bersama pasukan dewa dan pasukan iblis. Orba sengaja tidak menyerangnya karena menunggu waktu yang tepat. "Ayo kita ikuti dia!"

"Tunggu! Sepertinya ratu kita terlihat biasa-biasa saja" ujar prajurit iblis yang melihat Shivi terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan yang mereka bayangkan, seperti di culik atau di sandera.

"Jangan terpaku pada hal itu! Arth adalah orang terlicik yang akan temui. Jadi, bersiaplah" jawab Orba untuk menyakinkan para pasukan iblis.

"Ayo kita buntuti"

*********

"Brugg" benteng bangunan penjara di hancurkan oleh Siestina. "Ayo" mereka semua langsung keluar dari bangunan itu dan melarikan diri sejauh mungkin tanpa di ketahui oleh pasukan para dewa.

"Sepertinya ini sudah jauh" ujar Hiuga sambil berhenti berlari.

"Aku heran. Kenapa sistem penjaga penjaranya kurang ketat?" Ujar Siestina yang merasa begitu.

"Itu karena sebagian pasukan yang ada di sini dibawa oleh Orba yang pergi entah kemana. Di samping itu, aku menggunakan kesempatan ini untuk membebaskan kalian" jawab Hiuga sambil memanggil gerbang sihir menuju dunia manusia. "Ayo kita masuk dan kembali ke dunia yang jauh lebih damai dari pada dunia dewa ini"

Mereka memasuki gerbang itu dan menghilang. "Zruut" mereka tiba di dunia manusia dan keluar dari gerbang sihirnya Hiuga.

"Akhirnya! Aku bisa merasakan udara segar dan dingin...eh...dingin?" Ujar Ginny yang baru menyadari bahwa mereka tiba di atas gunung es dimana Silvanus tinggal.

"Kenapa kita disini?" Ujar Erina yang keheranan.

"Kita akan memberikan info tentang Arth pada Silvanus, sebenarnya aku juga tidak mempunyai rencana apapun. Namun, aku yakin setelah kita memberitahukan bahwa Arth telah tiada pada Silvanus, Silvanus pasti mempunyai rencana dan akan membantu kita untuk selanjutnya" jawab Hiuga sambil memasuki gua dimana Silvanus tinggal.

Mereka langsung memasuki gua Silvanus dengan kedinginan karena mereka memakai baju yang cukup terbuka. "Zruut" tiba-tiba ada tombak yang terbang menghampiri mereka. "Awas!!"

"Brugg" tombak itu ditahan oleh akarnya Siestina. "Huh, hampir saja"

"Ternyata kalian, ku kira siapa yang datang" ujar Silvanus yang datang dari dalam gua. Dan ternyata tombak itu adalah tombak Silvanus. "Maafkan aku, aku cuman berjaga-jaga untuk melindungi diri sendiri" ujar Silvanus sambil memanggil kembali tombaknya.

"Tidak masalah! Kami ke sini karena ada urusan dan ada hal penting yang harus dibicarakan dengan mu. Silvanus" jawab Hiuga dengan raut wajah serius.

"Baiklah! Aku akan mendengarkan. Tapi, alangkah baiknya kita membicarakannya didalam, disini udaranya sangat dingin dan tidak baik untuk kesehatan kalian" ujar Silvanus sambil mengajak mereka masuk ke dalam guanya.