Chereads / reincarnation of a demon god (sub Indonesia) / Chapter 17 - awal dari jatuh nya kerajaan

Chapter 17 - awal dari jatuh nya kerajaan

Sore yang cerah. Setiap orang melakukan kegiatan mereka masing-masing.

Aku berada di sekolah dan memasuki pelajaran berikutnya. Tetapi pelajaran itu sangat rumit bagi ku karena ada begitu banyak yang harus dihitung. Aku baru tahu bahwa sekolah sihir juga mempelajari perhitungan.

"Kringg" suara bel berbunyi dan menunjukkan waktu ketika siswa harus beristirahat. Guru memberikan tugas terakhirnya dan harus menyelesaikannya sebelum istirahat.

"Ahhhh, ini sangat sulit"

Semua siswa menatapku karena aku berteriak terlalu keras.

"Kamu tidak mengerti, Arth" kata Erina saat dia mendekatiku dan membawa bukunya ke mejaku.

"Kalau begitu mari kita lakukan bersama" kata Erina sambil membawa kursinya ke samping tempat aku duduk.

Aku mengikuti instruksi dari Erina, dia melakukannya dengan mudah sementara aku hanya bisa menyalinnya.

"Nah, bagaimana itu bisa menjadi jawabannya?"aku kagum.

"Banyak pertanyaan! Ikuti aja apa yang ku kerjakan. Mana nyontek lagi" jawabnya.

Tiba-tiba raungan dari luar sekolah terdengar begitu keras diikuti oleh gempa besar. Semua siswa panik sampai akhirnya guru datang ke kelas.

"Kalian semua berlindung di sini" kata guru. Dan dia segera pergi seolah-olah sesuatu telah terjadi.

Semua siswa bertanya-tanya apa yang terjadi. Sampai akhirnya gempa terjadi lagi. Tapi gempa berikutnya begitu besar sehingga semua jendela pada hancur.

"Kita harus keluar dari sekolah ini sebelum sekolah ini runtuh" kata salah satu siswa.

Semua siswa di kelas keluar dengan panik sampai mereka berkumpul bersama. Kecuali Erina, dia diam di kelas.

"Erina, apa yang kamu lakukan? Ayo cepat keluar sebelum sekolah ini runtuh" tapi dia diam dengan ketakutan di kelas.

"Guru mengatakan sebelumnya, kita harus tinggal di kelas" jawabnya.

Tetapi gempa bumi kembali dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga aku akhirnya meraih tangannya dan menariknya keluar dari kelas.

Kami berlari melewati aula sekolah. Dinding lorong sekolah retak dengan cepat dan lantai perlahan terbelah.

Kami terus berlari tetapi tiba-tiba atap sekolah runtuh di depan kami sehingga jalan kami tertutup.

"Apakah ada cara lain?"

"Tidak ada jalan lain" jawabnya.

Gempa terus mengguncang tak henti-hentinya. Sampai akhirnya kami masuk kelas karena kebingungan tidak ada jalan lain.

"Sepertinya kita harus melompat melalui jendela"

Namun Erina menolak itu karena ia takut terhadap ketinggian, namun gedung sekolah tidak tahan terhadap gempa, sehingga pada akhirnya semua tembok di sana tiba-tiba retak.

"Kita harus melompat sekarang"

Tanpa menunggu jawaban dari Erina, aku menarik tangannya keluar dan melompat dari jendela dan mendarat dengan selamat. Kemudian kami berlari dengan sekuat tenaga untuk menjauh dari gedung sekolah.

Kami meninggalkan area sekolah dan betapa terkejutnya kami ketika kami melihat situasi di Kerajaan.

Kami melihat bangunan yang runtuh, darah berceceran di jalan-jalan, suara anak-anak yang menangis dan jeritan orang-orang yang sekarat karena diserang oleh para dewa. Ternyata itu adalah dewa yang menyerang kerajaan.

"Apa yang terjadi? Mengapa para dewa menyerang?" Erina langsung terbengong melihat itu.

Aku melihat seorang anak kecil yang telah menangis di tengah kekacauan, sampai akhirnya aku membawanya.

"Dimana ibumu?"

Kemudian anak kecil itu menunjuk ke belakang ku. Aku melihat ke belakang dan ada seorang wanita mendekati ku dengan wajah khawatir, dan dia adalah ibunya.

Dia langsung memeluk dan membawa anak nya dan langsung pergi. Anak laki-laki itu melambaikan tangannya padaku. Tapi tiba-tiba bangunan itu menimpa mereka berdua.

Aku memandang mereka dengan tidak percaya pada apa yang telah terjadi.

Kemudian aku melihat ke kanan dan kiri ku, dan aku telah menyadari bahwa Erina tidak lagi bersama ku. Aku terus mencarinya dan berteriak keras dengan suaraku.

Suasana di kerajaan itu begitu kacau, semua orang bertabrakan untuk menyelamatkan diri dari serangan para dewa. Tiba-tiba seseorang menabrak ku dan itu menyebabkan aku terjatuh, dan ternyata itu adalah Ginny.

"Ginny! Syukurlah kau baik-baik saja, kau melihat Erina?"

Kemudian Ginny mengatakan kepada ku bahwa Erina telah pergi ke rumahnya yang telah hancur. Aku langsung berlari untuk menyusul nya.

"Tunggu Arth! Aku ikut"

Pada akhirnya, Ginny dan aku berlari ke tempat pada saat Ginny melihat Erina untuk terakhir kalinya.