Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Terjerat Cinta Suami Tetangga.

Bayu_Riyanti
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.5k
Views
Synopsis
Jatuh cinta kepada orang yang salah adalah hal yang menyakitkan. Cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu dengan sendirinya tanpa pernah ada yang memupuknya. Rivia wanita lajang yang mempunyai karir bagus dengan sejuta prestasi tidak pernah menyangka akan menjadi penghancur rumah tangga sahabatnya sendiri. Airin adalah sahabat Rivia sejak kecil, dan ia hanyalah seorang wanita biasa yang terbiasa di rumah mengurus anak dan Suaminya. Namun, ketika menyadari kehadiran orang ketiga di dalam rumah tangganya, Airin tidak tinggal diam. Airin berusaha keras mempertahankan rumah tangganya meskipun harus berdarah-darah, merendahkan dirinya di depan Dira dan Rivia layaknya seorang pengemis hanya ingin kedua anak-anaknya tidak kehilangan sosok seorang Ayah. Menyadari kesalahannya itu Rivia berusaha pergi menjauh dan tidak dan berhenti dari pekerjaannya, meskipun sangat tersiksa Rivia masih memiliki hati untuk tidak lagi menganggu keluarga mereka. Dira yang tidak bisa menerima kepergian Rivia melampiaskan kekesalannya kepada anak dan Istrinya, dan mengakibatkan anak pertamanya mengalami gangguan mental dan hampir gila. Airin yang sudah terlanjur kecewa dengan sikap Dira, pada akhirnya memutuskan untuk pergi dan berpisah dan menjalani kehidupannya sendiri bersama kedua anak-anaknya, meskipun harus berjalan dengan tertatih Airin berusaha tegar demi kedua anak-anaknya. Kini penyesalan Dira tidak berujung, semua orang yang pernah ia sayangi semuanya telah pergi, dan tidak pernah mau kembali lagi. Karena depresi berat Dira beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya, namun usahanya selalu gagal karena kedua anaknya selalu berusaha menyelamatkan dirinya. Selamat dari maut dan menyadari kesalahan yang telah ia perbuat, pada akhirnya Dira bisa menerima kenyataan dan menjalani kehidupannya seperti biasa tanpa kehadiran anak dan istrinya lagi. Meskipun demikian Rivia dan Airin tidak bisa melupakan Dira, dan mencari penggantinya, akan tetapi untuk menjaga perasaan masing-masing mereka memilih untuk menjauh dari Dira.
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Pengakuan yang mengejutkan.

"Aku mencintai Suamimu, Rin," kata Rivia tanpa menatap wanita yang ada dihadapannya.

Airin seketika itu ingin melemparkan cangkir kopi di hadapannya yang masih mengepul ke wajah sahabatnya itu. Bagaimana dia bisa dengan santainya menyatakan perasaannya tanpa memikirkan perasaan wanita yang terlebih dahulu datang dalam kehidupan pria yang ia cintai.

'Waraskah orang ini? Apa Rivi cuma bercanda?' tanya Airin pada dirinya sendiri.

Walaupun terkejut Airin berusaha tenang dan tidak mau terburu-buru mengambil kesimpulan. Karena biasanya sahabatnya ini memang sering memberi kejutan atau candaan kepada dirinya.

"Maksudmu?" tanya Airin dengan mata terbelalak.

"Apa aku tidak salah dengar? Aku rasa telingaku sedikit terganggu karena memakai hijab terlalu kencang," Airin mengalihkan pembicaraan seolah-olah dia tidak mau menerima kenyataan.

"Tidak, bukan kamu yang salah dengar, tetapi aku yang salah karena sudah lancang berani jujur dengan kamu. Aku tahu sudah salah, akan tetapi aku tidak kuasa menepis perasaanku sendiri. Rin aku mohon bersedialah berbagi Suami denganku, dan aku janji tidak akan pernah mengganggu privasi kalian masing-masing," Rivia meraih tangan Airin yang terguling lemas di atas meja.

'Gila nih orang, jujurnya kebangetan,' batin Airin menatap tajam mata sahabatnya itu.

"Apa kamu sudah gila? Kamu itu cantik kenapa menyukai pria yang sudah beristri, Riv?"

"Aku tahu ini salah, tapi aku juga tidak tahu kenapa bisa mencintai Mas Dira? Padahal aku juga tahu kalau dia Suamimu, dan kamu sahabatku," jawab Rivia dengan nada lemah.

Airin mendengus dan mengambil napas dalam-dalam, seolah-olah dia sedang berhadapan dengan monster super besar yang tidak segan-segan menelannya.

"Rin, aku tau ini mustahil kamu terima, tapi aku tersiksa dengan perasaan ini. Dua tahun kami menyembunyikan hubungan ini dari kamu, dengan harapan untuk menjaga perasaanmu, tetapi lama-kelamaan aku terbakar sendiri dengan kebohongan yang kami lakukan," jelas Rivia lagi.

'Busyet, dua tahun? Itu artinya mereka selingkuh pada saat aku melahirkan Elisa?' batin Airin lagi.

Tubuh Airin perlahan menjadi lemas dan dingin, kepala pusing dan matanya berkunang-kunang, hampir saja dia pingsan di depan wanita selingkuhan Suaminya. Demi menjaga gengsinya Airin berusaha tegar dan pura-pura bahwa dia baik-baik saja.

"Kamu sadar dengan ucapanmu, Riv?" Airin menatap wajah Rivia sayup.

Rivia tertunduk dan melepaskan tangan Airin dan kembali ke posisi duduknya semula. Dia tidak berani mengatakan apa-apa lagi saat mengetahui ekspresi wajah Airin yang berubah memerah darah, dan muncul tanduk dua di atas kepalanya.

"Tega ya kalian, kalian anggap aku ini apa? Kalian anggap aku ini robot yang tidak memiliki perasaan?" amarah Airin memuncak dan ingin meremas wajah wanita secantik Barbie itu.

lagi-lagi ia kembali meredam amarahnya saat melihat semua pengunjung memperhatikan dirinya. Airin menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan menghela napas panjang. Ini adalah hari terberat yang pernah ia lalui. Dibandingkan dengan menyetrika, mencuci dengan tangan, dan mengurus anak dan Suami, hal inilah yang sangat membuat dirinya terpuruk hingga ingin loncat bunuh diri.

"Rin kamu oke?" tanya Rivia lagi.

"Oke katamu? Setelah apa yang kamu katakan itu kamu masih berharap aku baik-baik saja? Apa kamu berbicara tidak menggunakan hati sedikitpun?" ucap Airin kesal.

"Bukan begitu, Rin? hanya saja aku tidak bisa membunuh perasaan ini, dan pada akhirnya kami tenggelam dalam hubungan yang terlarang," ucap Rivia diiringi dengan Isak tangis.

"Selama ini Mas Dira tidak pernah bersikap dingin kepadaku, bahkan dia selalu membuat hari-hariku menjadi mudah untuk dilalui, bahkan dia selalu membantu aku mengurus rumah dan anak-anak ketika dia libur kantor, dan aku tidak menyangka dibalik itu semua dia sudah membongi aku," Airin menatap bengis ke arah Rivia.

Airin membayangkan kalau Rivia adalah bakpao yang ingin dia remas dan ia ingin menelannya bulat-bulat.

"Aku tahu aku salah, tapi cinta kami bersemi dengan sendirinya tanpa kami memupuknya, Rin. dan bahkan aku sudah berusaha membunuhnya dengan racun apa saja, tapi perasaan ini tidak bisa mati," bela Rivia tetap membenarkan perasaannya.

Mendengar perkataan Rivia dada Airin semakin sesak dan ingin rasanya berlari pergi, akan tetapi, Airin tidak mau meninggalkan masalah yang belum selesai, dan justru dia berniat untuk mencari solusi terbaik dengan masalah yang sedang ia hadapi. demi mempertahankan rumah tangganya, Airin menelan sendiri rasa pahit itu.

Belum sempat Airin mengutarakan pendapatnya tiba-tiba ponsel Rivia berdering dan Rivia segera mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan mengangkatnya.

"Iya, ada apa Nis?" jawab Rivia dari balik benda pipih miliknya.

"Ibu di mana? Jajaran direksi mengadakan rapat dadakan hari ini terkait pembatalan pengembalian barang-barang yang sudah dipesan Bu, saya harap Ibu bisa cepat kembali!" pinta Anis Sekretaris Rivia.

mendengar hal itu Rifia merasa cemas, dan wajahnya berubah pucat dan rasa paniknya nampak begitu jelas. S sehingga dirinya tidak lagi fokus kepada Airin, kini dia berkemas segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Baik, aku akan kembali ke Kantor dengan segera," Rivia segera mematikan ponselnya.

Sambil berkemas ia masih menyempatkan menyeruput kopi yang sudah ia pesan baru kemudian berpamitan kepada Airin.

"Maaf aku harus kembali ke kantor, kamu tidak apa-apa kan aku tinggal?" tandas Rivia tanpa melihat ke arah Airin.

"Sepertinya kamu setiap hari sibuk? Lalu bagaimana cara kamu membagi waktu untuk berkencan dengan Mas Dira?" celetu Airin kesal.

Rivia seketika terdiam dan tidak bisa berkata apapun, dan ia memilih pergi untuk menghindari pertanyaan dari Airin.

"Maaf aku harus pergi, lain kali aku akan datang dan membicarakan hal ini lagi," Rivia bergegas berdiri dan meninggalkan Airin sendiri.

"tunggu masalah kita belum selesai, kenapa kamu pergi begitu saja?" cegah Airin.

"Enak saja setelah membuat aku sakit hati lalu pergi begitu aja," gumam Airin sambil menengguk kopinya.

Rivia tetap saja pergi dan tidak memperdulikan ucapan Airin, bahkan dia seolah-olah tidak mendengar ucapan Airin.

setengah berlari Rifia menuju mobil Innova berwarna putih pemberian dari Dira, seakan tidak terjadi apa-apa Rifia meninggalkan Airin begitu saja tanpa memikirkan perasaan Airin setelah mendengar pengakuannya.

Airin yang melihat kepergian sahabatnya itu menangis Tanpa suara, Iya bergelut dengan gejolak yang ada di hatinya, rasanya tidak ingin mempercayainya akan tetapi air ini sangat mengenal Rivia. Rivia tidak pernah berbohong dalam hal apapun, apalagi menyangkut dengan perasaannya.

dengan langkah gontai Airin meninggalkan cafe indah. Iya pulang dengan memesan taxi online untuk pulang ke rumahnya. banyak hal yang harus ia pikirkan terutama perasaan kedua anaknya. bagaimana jika kedua anaknya tahu kalau orang tuanya sedang menghadapi masalah besar? Tentunya hal itu akan memberikan dampak negatif kepada mental kedua anaknya, sebab keluarga mereka yang awalnya baik-baik saja kini harus menghadapi masalah besar yang Airin sendiri tidak tahu dari mana awalnya.

Bersambung.....