Zahra kembali duduk di atas ranjang setelah ibu mertuanya pergi meninggalkannya. Zahra membuka bantal dan mulai mempelajari kontrak yang diberikan oleh suaminya. Sumur hidup dia tak pernah membayangkan mendapatkan kontrak seperti itu. Bagi zahra pernikahan bukanlah permainan yang bisa dibuat dengan kontrak seperti banyak orang melakukannya. Bagaimana bisa pernikahan yang merupakan janji yang diucapkan di hadapan tuhan diganti dan ditukar dengan sebuah kontrak yang ada di atas sebuah kertas. Bagaimana seseorang bisa mengubah ikrar sakral tentang sebuah pernikahan menjadi tanda tangan dengan perjanjian tertentu. Wanita itu kembali meneteskan air mata.
Zahra berada dalam dilema yang luar biasa. Di satu sisi dia tidak ingin menandatangani kontrak tersebut karena pernikahannya tak ingin berubah menjadi perjanjian hidup semata. Zahra tak setuju dengan kontak pernikahan apapun alasannya. Dia tak mau mengubah ikrar sakral menjadi tanda tangan semata.