"Lepaskan!" ucap Nurma berkali-kali meminta Fawwaz melepaskan tangannya.
Fawwaz baru melepaskan tangan Nurma saat mereka sampai di lobby hotel.
"Aw.. sakit sekali tangan saya" ucap Nurma meringis kesakitan.
Fawwaz baru menyadari jika perbuatannya itu membuat tangan sang istri memerah dan berdarah.
Sebenarnya ia tak sengaja melakukannya.
Ia tidak ada niatan sedikitpun untuk melukai sang istri.
"Tangannya berdarah, Non!" ucap Ajeng saat melihat tangan Nurma yang terluka.
"Tidak apa-apa, Jeng! Hanya sedikit" ujar Nurma.
"Duduk!" kata Fawwaz pada Nurma.
Fawwaz mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan darah di pergelangan tangan Nurma.
Ia mengusap luka yang diderita Nurma dengan penuh kelembutan.
"Aw..sakit, pelan-pelan!" kata Nurma yang merasa kesakitan.
"Diamlah! ini sudah pelan" kata Fawwaz sembari membalut luka Nurma dengan sapu tangan miliknya.
"Ternyata dia bisa selembut ini dengan wanita" batin Nurma.
"Jangan terlalu percaya diri" ucap Fawwaz.
Nurma kaget, padahal ia hanya bicara dalam hati, bagaimana mungkin pria itu bisa mendengarkan suara hatinya?.
"Sudah selesai, mari kita pergi!" ujar Fawwaz mengajak untuk pergi ke pantai.
***
Angin berhembus sepoi-sepoi, pohon-pohon kelapa bergoyang ke kanan dan ke kiri karena hembusan angin.
Sore ini, pantai yang mereka kunjungi terlihat sangat ramai dengan turis-turis asing yang sedang menikmati pemandangan pantai Kuta, Bali.
Pantai yang sudah terkenal seantero jagat raya, bahkan tak hanya pantai Kuta, tetapi pulau Bali sudah sejak dulu terkenal dengan pesonanya yang memanjakan mata.
"Wah, banyak bule-bule seksi, ya!" ucap Mas Andi secara spontan saat melihat turis asing yang sedang bersantai di pinggir pantai.
Seperti biasa, menjelang sunset atau matahari tenggelam, para turis asing berlomba-lomba untuk datang dan mengabadikan momen tersebut.
"Dasar genit!" omel Ajeng pada Mas Andi.
"Tapi hati mas hanya untuk Ajeng seorang, kok" ujar Mas Andi menggoda Ajeng.
"Nggak ada malu-malunya kau ini! Sudah aku bilang, kamu bukan tipeku" jelas Ajeng.
"Sana jauh-jauh!" usir Ajeng.
Keributan antara Ajeng dan Mas Andi membuat Fawwaz merasa terganggu.
"Stop! Jika kalian ingin bertengkar, jangan di hadapan saya" peringkatnya pada kedua pegawainya itu.
Sontak keduanya langsung diam karena takut dengan Fawwaz.
Untuk sesaat, terjadi keheningan diantara mereka.
Hingga Ajeng memberanikan diri untuk berbicara pada Fawwaz.
"Tuan!" panggil Ajeng pada Fawwaz.
"Kata Nyonya Raline, ketika Tuan dan Nona Nurma sedang berduaan, kami tidak boleh mengganggu, kami diminta untuk memberikan waktu untuk Tuan dan Nona agar lebih dekat" jelas Ajeng sedikit gugup.
Memang ibunda Fawwaz telah mewanti-wanti Ajeng sebelum mereka datang ke pulau Bali.
"Baik! Kalian boleh pergi" ujar Fawwaz.
"Jangan lupa untuk balik ke hotel paling lambat jam delapan malam" ucap Fawwaz.
Ajeng dan Andi menganggukkan kepalanya dan bergegas pergi meninggalkan kedua pasangan pengantin baru itu.
Kini mereka pun berpencar, Ajeng bersama mas Andi pergi berdua, sedangkan Fawwaz dan Nurma pergi bersama untuk menikmati keindahan sore di pantai Kuta ini.
Fawwaz dan Nurma berjalan-jalan di pinggiran pantai melihat pemandangan.
"Tuan, saya pengen..." ucap Nurma gugup.
"Kamu ini nggak tau malu ya! Ini tempat umum, masih saja berpikiran kotor" tuding Fawwaz pada sang istri.
"Maksud saya, saya pengen ke kamar mandi" ucap Nurma.
"Saya mau buang air kecil" tambah Nurma.
Pria tampan--suami dari Nurma itu menjadi salah tingkah.
Kali ini, ia sudah menuduh Nurma berpikiran kotor.
"Baiklah, itu di sebelah kanan ada toilet umum" ujar Fawwaz sembari menunjuk.
"Saya tunggu di depan penjual jagung bakar" kata Fawwaz.
"Baik, Tuan" ujar Nurma bergegas menuju toilet.
Ia sudah tidak dapat menahan untuk buang air kecil.
***
Sudah tiga puluh menit semenjak Nurma pergi buang air kecil, namun sampai sekarang ia tak kunjung kembali.
Perasaan khawatir menghinggapi pikiran pria tampan itu.
Walau bagaimanapun, Nurma adalah istrinya yang patut ia jaga.
Apalagi ibundanya serta orangtua Nurma sudah menitipkan gadis itu pada Fawwaz.
Sehingga, ia harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menimpa gadis itu.
Karena tak kunjung datang, Fawwaz pergi menyusul Nurma ke toilet untuk mencari keberadaannya.
Sesampainya di depan toilet, ia mendengar teriakan Nurma yang meminta tolong.
Namun, karena sepi, tak ada seorang pun yang mendengar jeritan gadis itu.
"Nurma! Kau di dalam?" tanya Fawwaz.
"Tuan! Tolong saya! Saya takut," ujar gadis itu.
"Ada yang sengaja mengunci kmau dari luar dengan gembok" ucap Fawwaz.
"Saya akan mencoba mendobraknya" ujar Fawwaz.
Setelah sekitar sepuluh menit berkutat dengan pintu itu, akhirnya Fawwaz berhasil membuka pintu toilet tersebut.
Saat pintu terbuka, secara spontan Nurma memeluk Fawwaz dengan erat.
"Tuan! Saya takut" ucap Nurma beberapa kali.
Kali ini, Fawwaz berusaha menenangkan Nurma, " Jangan takut! Saya ada di sini" ucap Fawwaz.
"Ada yang ingin melenyapkan saya" tutur Nurma gemetar.
Gadis itu kemudian menceritakan apa yang ia alami.
Ketika ia berada di kamar mandi, ada seseorang misterius mengancam akan menghabisi dirinya.
Nurma pun kembali bercerita pada Fawwaz tentang apa yang ia alami tadi siang di hotel.
"Saya takut, Tuan!" kata Nurma.
"Tenanglah Nurma! Saya akan menjaga kamu" ujar Fawwaz yang masih memeluk Nurma.
"Kamu aman bersama saya" kata Fawwaz.
Fawwaz membuka air dalam kemasan dan meminta Nurma untuk minum agar merasa lebih tenang.
"Terima kasih, Tuan!" kata Nurma setelah meneguk air putih beberapa tegukan.
***
"Hello, Beautiful!" kata Mas Andi saat menggoda seorang turis asing yang sedang duduk di pinggir pantai. (Halo, Cantik!).
Wanita bule itu membalas dengan senyuman ketika Mas Andi memanggilnya.
"Kamu itu kok malu-maluin sih! Kayak nggak pernah lihat wanita cantik aja" omel Ajeng pada Andi.
Melihat Ajeng yang marah, Andi semakin yakin jika Ajeng cemburu saat melihat ia menggoda wanita lain.
"Ya bagaimana lagi, karena kamu menolakku terus menerus, ya aku coba dekatin wanita bule aja" jawab Mas Andi santai.
"Hey, Kate!" ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang menghampiri wanita bule di samping Mas Andi. (Hai, Kate!).
Wajah wanita itu tak asing bagi Ajeng dan Mas Andi.
Sepertinya mereka kenal dengan wanita itu.
Wanita itu berambut pendek sebahu, wajahnya khas wajah Eropa dengan rambutnya yang agak pirang.
Tak sendirian, wanita itu datang bersama seorang pria yang tampan serta bertubuh tinggi.
Ajeng dan Andi berusaha untuk mengingat siapa sebenarnya wanita tersebut.
"Wajahnya kayak nggak asing ya!" kata Ajeng pada mas Andi.
"Iya, kayaknya aku pernah liat dia! Tapi di mana?" kata Mas Andi.
Setelah berbincang beberapa saat, wanita bule itu berkata, "Okey guys, we should go! bye!" ucap wanita bule yang digoda oleh mas Andi tadi. (Ok teman-teman, kami harus pergi).
Kedua wanita bule bersama satu laki-laki itu pun beranjak pergi.
Saat mereka sudah menjauh, tiba-tiba ingatan itu muncul.
"Aku ingat," kata Ajeng.
"Siapa?" tanya Mas Andi penasaran dengan wanita tadi.
"Kalau tidak salah, beberapa bulan yang lalu aku pernah lihat dia di Jakarta" ucap Ajeng.
" Lantas? Dia siapa?" tanya mas Andi sekali lagi.