Chereads / The real ending / Chapter 7 - Cake

Chapter 7 - Cake

"Ah iya, hari ini mood ku sedang sangat baik sepertinya hingga tanpa sadar, aku telah tersenyum beberapa kali." Balasnya singkat yang membuat Camila tersenyum tipis mendengarnya. Ya setidaknya dia dapat melihat kakaknya tersenyum hari itu seperti orang-orang pada umumnya.

"Ya sudah ini cake nya kamu makan ya. Aku mau pergi jalan-jalan dulu! Mau di traktir di cafe hehehehe." Ucap Camila yang memberikan cake nya, setelah nya pergi.

Lucas sejenak terdiam sembari menggenggam wadah cake. Dia menatap kearah cake yang ada di dalam wadahnya lalu setelah nya, ia melangkah masuk ke dalam kamar. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti ketika seseorang mendatanginya dan menuturkan kata-kata.

"Lucas, kalau ku perhatikan kau jarang sekali keluar melihat dunia! Kau hanya keluar untuk ke Medan perang dan hanya berada di dalam sini, mengurung diri di dalam kamar pribadimu. Bagaimana jika kamu ikut dengan ku dan Pak Leo? Kebetulan kami berniat jalan-jalan santai mengisi waktu luang." Tutur Evan sembari memegangi tangan nya Lucas.

"Ah iya betul itu Lucas! Lagipula sebentar lagi kau berulang tahun maka dari itu kami berniat ingin mentraktir mu." Ujar Leo yang membuat sang bawahan terdiam. Lucas menolak tawaran keduanya begitu saja, karena dia tidak begitu tertarik dengan kondisi dunia luar.

"Aku tidak tertarik dengan dunia luar," Singkatnya. Namun Evan bertindak dengan mengambil cake nya dan meletakkan nya di atas meja serta mengunci kamar nya Lucas. Sedangkan Leo langsung menarik sang kapten pergi ke parkiran mobil.

Beberapa menit setelahnya....

"Lucas, kenapa kau sama sekali tidak tertarik dengan dunia luar? Padahal di dunia luar itu banyak sekali yang dapat kau pelajari dan pasti nya kau dapat bersenang-senang." Tanya Leo sembari mengendarai mobil nya, mengelilingi kota.

"Aku terlahir di dunia ini untuk menjadi senjata melawan ras iblis. Tidak lebih dari itu!" Jawabannya lantas membuat Leo dan Evan menatap nya.

"Ah hahahaha Lucas, bicara mu seperti robot saja! Kau ini manusia Lucas, bukan robot yang sudah di desain untuk melakukan tugas. Kau manusia yang harus merasakan kesenangan di dunia sebelum kau tiada!" Balas Evan dengan santai.

"Hmm Lucas, bicara mu tadi seperti salah satu anggota keluarga Scarlett tau! Tetapi walau begitu, mereka tetap menjalankan kehidupan normal seperti biasa nya. Mereka makan, minum, berjalan-jalan dan lainnya seperti manusia pada umum nya. Tapi saat sedang bertugas, mereka seperti monster yang haus akan darah. Bahkan sudah sampai masuk ke wilayah iblis atau danger zone pun, tetap merasa habisi." Ungkap Leo yang membuat Evan dan Lucas terdiam menatap nya.

"Ah anggota keluarga Scarlett! Aku mengetahui cerita nya dari kedua orang tuaku. Mereka sangat hebat! Merekalah pahlawan sesungguhnya. Tetapi karena suatu hal, mereka mati dan tak ada satupun yang tersisa. Tetapi menurut sebagian orang bahkan diriku sendiri masih meyakini adanya satu keturunan keluarga Scarlett yang selamat! Dan orang itu jauh lebih kuat dari orang tua bahkan sesepuhnya." Jelas Evan yang membuat Lucas diam terpaku mendengar nya.

Lucas menatap sejenak kearah Evan lalu bertanya, "Ah kalau menurut orang-orang yang kau maksud itu, berkelamin apa keturunan Scarlett masih selamat? Apakah mereka pernah melihat nya?"

"Iya, ada yang bilang keturunan keluarga Scarlett itu merupakan seseorang berkelamin pria dengan ciri khas yang memiliki rambut hitam putih. Entah dia masih hidup atau tidak sekarang, tetapi terakhir kabar nya, dia di adopsi oleh seorang tentara yang merupakan tangan kanan keluarga Scarlett." Ungkap Evan yang membuat Lucas terdiam. Leo yang sejak tadi hanya mendengarkan itupun kembali menyaut.

"Ah begitu kah? Jadi masih ada salah satu keturunan Scarlett yang selamat toh. Kuharap dia masih hidup sampai sekarang dan meneruskan jejak keluarganya yang bertugas melindungi ras manusia dan ras-ras lain yang baik." Ucapan Leo lantas membuat Lucas diam menundukkan kepala nya.

"Yah, aku juga berharap begitu," Balas singkat Lucas yang membuat Evan sekilas menatapnya sembari menyeringai.

"Oh ya ngomong-ngomong, apakah kau tak memiliki seorang adik? Aku penasaran deh tentang mu! Kau begitu tertutup pada siapapun bahkan pada sahabat mu sendiri." Kata Evan yang membuat Lucas mematung.

"Seorang adik?"

~Flashback ke masa lalu ~

Lucas kini tengah berada di dalam kamar nya, mencatat suatu kalimat di buku nya. Tak lama setelah nya, tampak seorang anak perempuan yang umur nya tidak jauh berbeda datang. Dia adalah Lauren Scarlett, adik kandung Lucas. Umur mereka hanya berbeda satu tahun. Karenanya Lauren seringkali memanggil sang kakak hanya dengan nama.

"Kak Lucas, kau selalu mengurung dirimu di dalam kamar. Bagaimana kalau misalnya kita bermain bola diluar?" Ucap Lauren sembari menarik tangan kanan Lucas yang sedang mencatat. Mendengar hal itu, sang kakak sekilas memandangi adiknya kemudian mengambil pensil di tangan kanan nya dan kembali lanjut menulis tapi kini menggunakan tangan kiri nya.

"Aku tidak tertarik dengan hal-hal kekanak-kanakan." Balasnya ketus yang membuat Lauren jengkel terhadapnya. Sontak saja, sang adik langsung menarik tangan kanan kakaknya dengan kencang hingga Lucas jatuh ke lantai.

Brukkk....

"Ayolah Lucas! jangan bersikap seperti ini. Memang nya kau ini apaan? Robot kah? Ayo temani aku bermain!" Lauren mendesak. Lucas menepis tangan nya, kemudian ia bangkit berdiri dan mendirikan kursi nya yang jatuh.

"Aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu. Aku ini tidak seperti umumnya, aku hanya dapat menampakan ekspresi emosional dan merasakan rasa sakit secara tiba-tiba atau tanpa sadar. Tetapi aku tak pernah merasakan hal itu selama ini." Balasnya dengan nada tinggi. yang kemudian ia duduk kembali di kursinya.

Ketika Lucas duduk, Zanna masuk ke dalam kamar dan melihat Lauren yang kini sedang tertunduk dengan raut wajah kecewa.

"Apa yang terjadi ini? Siapa yang terjatuh tadi? Suara nya terdengar sampai keluar lho." Zanna cukup cemas saat itu. Lauren terdiam lalu menunjuk kearah Lucas.

"Dia yang terjatuh! Aku tak sengaja menarik tangan nya dengan keras maka dari itu kak Lucas akhirnya terjatuh. Habisnya juga, dia tidak ingin menemani ku bermain! Aku ingin memiliki kakak seperti orang-orang pada umum nya." Ungkap Lauren yang membuat Zanna melirik kearah Lucas.

Ia menghela nafas lalu setelah nya memeluk tubuh Lucas dari belakang tetapi sang anak pertamanya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi atau perilaku apapun.

"Lucas, bersikaplah seperti anak-anak pada umumnya. Mama yakin kamu pasti dapat merasakan semuanya seiiring berjalannya waktu." Singkat Zanna namun Lucas langsung membalas.

"Percuma saja! Karena Tuhan memang sudah mengatur takdirku sebagai seorang senjata untuk menyelamatkan ras manusia, bukan sebagai manusia pada umum nya!"

Baik Zanna maupun Lauren lantas terdiam mendengar balasannya tersebut. Tak lama setelah nya, Xander masuk ke dalam kamar, menatapi sang istri dan anak bontot nya yang diam terpaku.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berdua diam saja?" Tanya Xander dengan tegas. Lauren dan Zanna memandangnya, lalu dengan polosnya Lauren memeluk Xander sekaligus mengadu perbuatan sang kakak

"Papa! Kak Lucas tidak mau bermain denganku padahal mama juga sudah menyuruh nya." Jawab Lauren yang membuat Xander menatap Lucas.