Juwita kini berdiri menghadap mobil, di mana sang majikan mudanya itu masih mengawasinya dari celah kaca mobil yang sediki terbuka. Juwita menundukkan kepalanya pertanda pamit.
"Baik, Nona." Juwita pun hendak melangkah, namun Purie kembali memanggilnya.
"Tunggu!" pekik Purie.
Juwita kembali memandang ke arah Purie.
"Ya, Nona. Ada apa?" sahut Juwita penasaran.
"Jalanilah peranmu malam ini dengan sebaik mungkin! Ingatlah pesanku tadi, buat laki-laki itu ill feel terhadapmu sampai akhirnya ia menyesali perjodohan ini!" pekik Purie dengan sorot kedua mata yang tajam.
Sebelum Juwita sempat menyahuti ucapan sang majikan mudanya itu, Purie telah lebih dulu menutup kaca mobilnya. Juwita pun kini hanya menelan saliva. Untuk beberapa saat, Juwita hanya berdiri mematung sembari memejamkan kedua matanya. Ia tengah berusaha mengusir kegundahan dalam hatinya, juga sekaligus mengumpulkan keberanian dalam dirinya.