Di luar kelas, cuaca tampak begitu cerah. Kilau mentari tengah hari menerpa dinding-dinding bangunan sekolah, membuatnya tampak berkilauan. Meski begitu, keadaan sebaliknya justeru terasa di dalam kelas. Tepatnya di kelas XII IPA1, tempat di mana Purie dan kawan-kawannya menempuh pelajaran setiap harinya. Suasana kelas kini terasa sunyi, seolah ada kabut yang menghalangi.
Rupanya, di dalam kelas seluruh siswa-siswi tampak hanyut tenggelam dalam sebuah puisi yang tengah dibacakan oleh seorang murid cantik bertubuh tinggi. Tatapan mereka mengacu ke arah yang sama. Mengawasi sesosok siswi populer berwajah sendu tersebut, yang kini tengah berdiri seorang diri di depan kelas. Sementara siswa-siswi lainnya beserta seorang guru duduk manis di tempatnya masing-masing untuk menikmati penampilan tersebut.
[Puisi dalam terjemah Bahasa Indonesia]
"Hari Ibu untuk Anak Tanpa Ibu."
"Mami,
Hari ini
Aku tengah berdiri
Bersiap untuk menagih janji
Segala yang telah kau ingkari
Dusta,