Masih sama libur kuliah sudah mulai terasa di awal bulan ini. Tugas numpuk tapi enggak ada yang Intan kerjakan, dia sangat pemalas. Bukan begitu, Intan hanya bingung harus mengerjakan dari yang mana dulu, karena saking banyaknya tugas yang diberikan. Padahal deadline sebentar lagi tapi Intan masih sangat santai, pikirannya bahkan mengawang jauh tentang tugas itu. Tapi Intan enggak ada actionnya, dan masih saja menunda waktunya. Padahal kalau bisa cepat selesai itu cukup menyenangkan dan melegakan. Meski semester depan mungkin akan jauh mendebarkan dari hari ini. Intan tengah menyusun apa saja yang harus ia lakukan. Besok dia masih harus berangkat ke gym. Suara motor terdengar, sepertinya ayahnya baru saja pulang, biasanya ayah memang keluar malam untuk bertemu teman atau kondangan bapak-bapak. Bersiap untuk tidur karena jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Ibu Intan membuka pintu kamar Intan,
"Ndut, bapak beli nasi goreng. Ayo diamakan." Ajak Ibunya.
"Loh bapak enggak makan juga Mah?" Tanya Intan.
"Paling sudah makana." Jawab Ibunya.
Intan membuka bungkusan itu dan mencicipinya, sungguh masih sangat panas. Namun sangat enak saat dilidah Intan, Intan pun membawanya kedepan televisi untuk maka disana dan bertanya dimana ayahnya membeli nasi goreng itu. Selesai makan, Intan masuk kekamarnya lagi namun kali ini dia tidak langsung tidur dia menunggu agar nasi gorengnya turun terlebih dulu baru dia akan tidur. Tapi yang Intan lakukan justru menonton film di handphone dan secroll media sosial. Ketika bosan Intan akan berhenti sendiri dan melakukan hal yang lain. Meski dirumah banyak hal yang tidak bisa dia kerjakan, karena pasti akan dihandle oleh ibunya. Menyusun pakaian yang akan dibawa besok, tas yang berisi keperluannya dan jaket untuk melawan rasa dingin nanti jika dijalan terasa dingin. Setelah semuanya dirasa sudah beres, Intan bersiap untuk terlelap sebelum kembali terjaga mengingat kembali bahwa seharian ini dia semakin tidak berenergi hanya karena dia yang kebanyakan duduk. Intan pun terlelap kemudian.
Keesokan paginya Intan menyiapkan sarapnnya sendiri, hari ini dia menyiapkan dua slice roti gandum yang sudah dilumuri selai kacang satu sendok makan, kemudian memotongnya menjadi dua bagian seperti bentuk segitiga. Kemudian memotong pepaya dan nanas, akan dia makan sebagai cemilan nantinya. Selesai membuat makanan, Intan menyeduh satu susu sachet rendah kalori dan bagus untuk membentuk masa otot, orang biasanya menyebutnya dengan susu protein. Setelah semuanya selesai, Intan akan membuat membuat makan siang untuk ia makan di tempat gym. Intan hanya memanggang dada ayam, kemudian merebus daun bayam. Selagi menunggu rebusannya matang, Intan memotong timun dan menatanya dengan cukup rapi di Tupperware nya. Selesai dengan merapikan kotak bekalnya, untuk minumannya Intan hanya akan membawa air putih saja. Biar nanti sore saat pulang Intan akan membuat smoothies yang enak untuk cemilan sore. Intan kemudian mandi dan bersiap, Intan menatap tampilannya di cermin rumah. Dia benar-benar gendut dan bergelambir, Intan punya tekad untuk sixpack meski harus menunggu lama setidaknya Intan sudah berjuang untuk diet, meski selalu gagal terus. Tapi sekarang dia akan membuat tujuannya menjadi realistis, itu yang Intan tanamkan sekarang. Selesai menggunakan sepatu Intan ke meja makan dan mulai menyantap sarapan yang ia buat sendiri tadi.
"Nanti pulang jam berapa?" Tanya bapak.
"Iya biasa, sampai rumah paling jam lima sore." Jawab Intan sambil memakan slice rotinya.
"Iya sudah, ini buat pegangan aja." Kata bapak Intan yang menyerahkan uang selembar berwarna merah. Intan langsung ijo matanya lihat duid. Intan menerimanya dengan senang hati, kemudian bangkit dan memanaskan motor streetbeat yang bapak ya beli saat butuh untuk magang. Karena enggak mungkin kan, Intan bakal diantar jemput terus sama bapaknya. Lagian punya motor juga bagus. Jadi Intan enggak bakal telat atau kepagian ketika ada sesuatu yang mendadak di kampus. Intan akan berangkat sesuai jam yang berlaku dikamous jika nanti sudah mulai masuk sekolah.
"Mah Pah, pamit berangkat ya!" Teriak Intan diatas motornya, mendapat sahutan Intan pun mulai melajukan kendaraan yang ia bawa. Rasanya asik saat kita bisa membawa kendaraan sendiri, tapi Intan masih tidak berani jika dia harus pergi jauh sendirian. Di persimpangan, Intan bertemu dengan temannya yang bernama Vita.
"Yakin mau ngegym? Atau mau lihat Relvin?" Ledek Intan pada Vita.
"Yeu Lo pikir gue kaya Lo gitu, ada yang ganteng dikit melek, ya enggak lah." Sanggah Vita.
"Ngejleb banget ngomong kaya gitu." Sewot Intan
"Bawa apa sih Lo?" Tanya Vita yang tanpa aba-aba menarik tas Intan dan memeriksa isinya.
"Ko mau piknik apa gimana? Barang banyak bener yang dibawa." Heran Vita.
"Namanya juga cewek, barang bawaannya ya pasti banyak." Intan mencoba membela diri, berbicara dengan Vita pasti akan membuang energi, padahal tadi rasanya dia sangat kenyang memakan sarapan yang ia siapkan sendiri.
"Yeu malah bengong." Kata Vita.
"Buru berangkat yok, nanti telat malah kena omel." Ucap Vita.
"Cece Lisa kan enggak galak." Kata Intan.
"Di depan Lo si iya, dia sayang banget sama Lo karena katanya dia udah anggap Lo sebagai saudarinya." Jelas Vitam
"Iya aku juga nganggap dia sebagai kakak buat aku." Jawab Intan.
"Ya udah yok cus." Sambung Intan, Intan lebih dulu melaju, sedangkan Vita memang sengaja untuk mengawasi Intan dibelakang, bagaimanapun Intan baru saja bisa membawa motor. Tapi dengan beraninya Intan berani bawa motor ke kota tanpa SIM. Yah, meski enggak beda jauh si sama Vita yang lebih amburadul dari Intan. Vita membawa lajunya sangat pelan, karena mengimbangi Intan. Bisa saja Vita sudah sampai dengan skill balap yang Vita punya, tapi karena dia sayang banget sama Intan, Vita milih ngalah dan mengekori Intan. Sedikit lucu oleh Intan kala dia melihat dari spionnya jika Vita mengekorinya dibelakang. Intan ingin membawa dengan cepat, tapi enggak bisa nanti yang ada dia dimarahin Mamahnya.
Sampai disana, Intan menoleh karena ada yang juga baru sampai sepertinya. Ketika orang itu membuka helm dan langsung menoleh kearah Intan, Intan membuang matanya, jantungnya berdegup entah karena apa. Sedangkan orang itu malah memasang smirknya.
"Hey Vin!" Sapa Vita pada orang itu yang memang Relvin.
"Tumben ngegym?" Tanya Vita.
"Cuman mau nemenin Putera aja disini, sekalian bangun otot." Kata Levin. Intan baru tahu bahwa manusia kulkas satu ini bisa berbicara cukup panjang. Intan fikir tipe cowok kulkas kaya Relvin akan bertingkah sok keren. Intan menoleh kearah Levin yang sekarang seperti menatapnya dari atas sampai bawah. Kemudian Intan seperti mendengar bahwa Relvin mengatakan,
"Not bad."
Setelah itu Relvin dan Vita masuk duluan ke ruang gym.