Keesokan harinya.
Suasana yang asri dan dingin di area puncak. Sekitar villa tampak diselimuti udara yang masih berkabut. Pagi hari yang sangat sejuk bagi kebanyakan orang. Duduk manis dan menikmati secangkir teh aroma melati dengan ditemani beberapa kudapan, pasti sangat enak.
Seharusnya hal itu juga dilakukan oleh Mang Asep, namun sepertinya ia tidak akan bisa duduk diam dan tenang. Setiap hari, ia selalu dilanda dengan perasaan bersalah, takut, dan tidak pernah tenang. Pikirannya dipenuhi banyak hal tentang Celine dan kematian salah satu mahasiswa yang pernah ia temui.
Meskipun Mang Asep tidak terlalu hafal siapa saja dan yang mana saja mahasiswa itu, namun ia tetap saja masih memikirkan tentang peristiwa yang terjadi sekitar hampir dua minggu yang lalu.