Seiring waktu berlalu, tidak ada yang berbicara lebih dulu, dan suasananya begitu mencekam sehingga membuat orang-orang di dalam merasa sesak nafas.
Pikiran Alia penuh dengan kejatuhan Melfisa saat menerima kabar kematiannya. Dia khawatir wanita yang telah melalui semua perubahan hidup ini benar-benar akan hancur.
"Apakah ada kabar dari ibu mertua saya?"
Herman mengatupkan mulutnya karena malu, dan berkata dengan nada meminta maaf: "Presiden Alia, maaf, kali ini saya tidak menjalankan tugas saya dengan baik. Saya tidak menyangka bahwa berita kematian Anda akan disebarkan seperti ini."
"Ibu mertuaku. Bagaimana kabarnya?"
"Hei, orang-orang kita telah bersembunyi di dekat rumah keluarga Wijaya secara diam-diam. Ketika mereka mengatakan bahwa seseorang mengirim berita ke rumah keluarga Wijaya, mereka bilang Nyonya Wijaya langsung pingsan di tempat."
Alia menarik napas dalam-dalam, dengan sedikit rasa sakit di hatinya. Dia menggosok pelipisnya yang menyakitkan dengan lelah.