"Tidak perlu, Alia, kamu menang."
Suara serak dan lelah Joko terdengar, dan tidak ada suara lain di ruang konferensi selama beberapa saat.
Parman menghela nafas lega, dan dia mengerutkan alisnya.
Dia berpikir bahwa Alia akan diintimidasi oleh orang-orang ini pada awalnya, tetapi sekarang tampaknya akan lebih baik baginya untuk tidak menindas presiden barunya itu.
Presiden Handoko, Anda sangat berwawasan sehingga Anda dapat menemukan sebongkah batu giok.
Hervi tersenyum dan bangkit dan berkata kepada Alia, "Nona Alia, perusahaan akan diserahkan kepada Anda. Jika Anda tidak mengerti apa-apa di masa depan, Anda bisa datang kepada saya. Meskipun saya sudah tidak datang ke perusahaan untuk waktu yang lama, saya dapat memberi Anda beberapa nasihat sederhana tentang bagaimana mengelola sebuah perusahaan."
"Terima kasih."
