Handoko mengemudikan mobil dengan kencang di jalan yang sepi.
Pikirannya terasa sangat kacau. Dia baru salah melihat ibunya menangis di depan matanya, meskipun penyebabnya memang adalah dirinya sendiri.
Tidak mungkin untuk mengatakan bahwa dia tidak goyah saat melihatnya. Bagaimanapun, itu adalah ibu kandungnya sendiri, tetapi dia memikirkan hal-hal yang dilakukan Melfisa.
Selain itu, sangat mungkin bahwa dorongan untuk menikah ini adalah hasil dari konspirasi dia dan Sonia, dan dugaan itu terasa seperti batu berat yang mengganjal hatinya, membuatnya sedikit terengah-engah.
Melihat langit malam yang luas, dia merasa sangat kecil dan kesepian untuk pertama kalinya. Bagaimanapun juga, bahkan ibunya sendiri pun menggunakannya sebagai alat.
Siapa yang bisa memahami kesedihan ini?
Tapi entah kenapa, dalam pikirannya yang kacau, sebuah suara terus mengatakan kepadanya bahwa dengan kembali ke sisi Alia, dia bisa mendapat kehangatan untuk dirinya sendiri.