Ritual pingit untuk calon mempelai tentu saja adalah hal yang paling lumrah yang ada di lingkungan masyarakat. Namun sayang hal itu tidak berlaku untuk Altair Dermawan Permana. Di saat pernikahannya dengan Dima Aurellia Hermawan kurang 24 jam dia justru asyik membelah jalanan Ibukota.
Bukannya tak ada yang ingin menantangnya, hanya saja Alta dan semua sifat keras kepala yang dia miliki adalah hal yang tidak bisa dengan mudahnya untuk ditaklukkan.
20 menit membelah jalanan Ibukota akhirnya kereta besi yang sedari tadi dikemudikan oleh polisi berpangkat IPDA kini berada di basement salah satu apartemen di kawasan Jakarta Selatan.
"My baby, I'm coming for you," ucap Alta dengan senyum renjana yang tidak pernah luntur dari kedua bibir ranumnya saat ini.
Alta lalu turun dari kereta besinya dan langsung saja membawa kedua kaki jenjangnya menuju lantai 6 apartemen ini.
Alta tak perlu membunyikan bel sebagai tanda permisi pada seseorang yang ada di dalamnya karena notabenenya apartemen ini miliknya. Dan dia pun memegang passcodenya.
Pintu utama terbuka menyembulkan sosok Alta yang tampak atletis. Pesona yang tidak mungkin ditolak oleh wanita normal mana pun.
"Raina, My Baby. Mas Alta datang!" Teriakan Alta tentu saja dapat didengar dengan sangat baik oleh Raina sosok yang baru saja diserukan oleh lelaki yang besok akan resmi menjadi suami Dima.
"Hai ... Mas Alta," jawab Raina yang muncul dari lantai dua menggunakan lingerie berwarna merah terang.
Tanpa mau pikir panjang Alta lalu bergegas naik menyusul Raina. "Kangen," bisik Alta dengan nada yang penuh gairah di sebelah telinga wanita yang saat ini sedang mengalungkan tangannya di leher Alta.
"Aku pun sama seperti kamu. Kangen, banget malahan," balas Alta bahkan tanpa intro sama sekali dia lantas menyatukan bibirnya dan juga Raina. Tak ada kesempatan yang Alta berikan untuk Raina menolak apa yang sedang mereka lakukan. Lidah milik Alta menerobos masuk ke dalam rongga mulut Raina, mengeksplorasi kehangatan yang sudah seminggu tidak dia dapatkan dari yang seenak jidatnya dia klaim sebagai miliknya itu.
Raina menarik dirinya terlebih dahulu karena dia merasa kalau Alta saat ini sedang dalam mode barongsainya.
"Pengap, Mas," keluh Raina dengan ritme napasnya yang terlihat tidak beraturan. Mendengar itu Alta hanya bisa mengulum senyum manisnya sembari menatap Raina dengan tatapan yang penuh damba.
"Aku lapar, Na." Kedua alis milik Raina tampak saling bertautan kala mendengar apa yang Alta katakan.
"Kamu mau makan? Mau aku masakin? Tapi kamu tahu sendiri 'kan aku hanya bisa masak mie instan." Alta lantas menarik Raina untuk masuk ke dalam pelukannya, mengunci tubuh itu dekat sangat erat, seakan-akan ini adalah dekapan terakhir mereka.
"Makan kamu sudah lebih dari cukup untuk membuatku kenyang, Na." Mendengarkan hal itu Raina pun membalas dekapan Alta dengan sangat kuatnya.
Definisi dari saling cinta di waktu yang tidak tepat.
"HUAH, ALTA?!" pekik Raina saat Alta kini menggendongnya ala bridal style.
"Malam ini kamu hanya milik aku, Na," ucap Alta sesaat setelah dia membaringkan Raina di ranjang yang selalu mereka jadikan sebagai penyatuan raga yang saling mencintai, tapi tak memiliki restu dari semesta bahkan cakrawala pun ikut membenci.
"Kamu salah, Mas. Justru kamu yang harus jadi milik aku malam ini. Sebelum besok Dima yang memilikimu secara utuh," koreksi Raina dan dengan sangat cepatnya kini wanita itu yang menindih tubuh lelaki yang akan menjadi adik iparnya.
Adik ipar? Iya, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Besok Alta bukan hanya akan menyandang gelar sebagai kekasih gelapnya, tapi juga sebagai adik iparnya.
Raina dan Dima adalah dua orang wanita yang terikat dalam hubungan yang disebut dengan sepupu.
"Tidak akan ada yang berubah, Na. Kamu tetap milikku dan begitu juga sebaliknya." Tegas mungkin satu kata itu yang paling pantas untuk menggambarkan secara singkat Altair Dermawan Permana.
"Dan kita tetap menjadi dua orang yang paling menyakitkan untuk pasangan kita, Ta."
Alta cukup peka kalau Raina tidak akan bungkam kalau tidak bungkam secara paksa. Dan hanya Alta yang tahu bagaimana caranya untuk itu.
Alta kembali menyatukan bibir mereka, lidahnya bergerilya dengan sangat buas di dalam rongga mulut milik Raina. Tak butuh waktu lama ketika ada kesempatan yang tepat kini Rainalah yang menjadi nakhoda dalam permainan cinta terlarang ini.
"Kamu diam saja, kali ini biar aku yang menjadi pemimpinnya," titah Raina dan dengan senang hati Alta menurut saja apa yang menjadi keinginan wanitanya.
"As your wish, Honey," jawab Alta dengan nada yang penuh damba.
Tanpa menunggu persetujuan dari lelaki yang berada di bawah kungkungannya itu, jari-jari lentik milik Raina tampak lihainya melepas kancing demi kancing kemeja yang saat ini sedang membalut tubuh kekar milik Alta.
Tidak puas dengan kemeja milik Alta, kini celana denim milik lelaki itu pun menjadi objek dari Raina. Tak butuh waktu lama, tubuh Alta telah polos tanpa sehelai benang yang membungkusnya.
BREET!
Kedua manik mata milik Raina membeliak saat menyadari kalau lingerie yang dia pakai telah dirobek oleh Alta dengan sangat cepatnya. Lalu sekarang apa bedanya Alta dan juga Raina? Tidak ada, mereka sama-sama polos sekarang.
Jari-jari milik Alta kini bergerilya di setiap lekuk tubuh Raina. Sungguh ini adalah candu yang tidak mungkin keduanya tolak.
"Aku boleh melakukannya sekarang?" tanya Alta dengan nada suara parau, hasrat akan cinta terlarangnya ini terlalu mendominasi.
"Kapan juga aku menolak untuk itu, Mas?" Bukannya menjawab apa yang Alta pertanyakan, justru Rainalah yang balik bertanya tentang hal tersebut.
"Aku masuk, ya?!" Raina tidak menjawab, dia hanya memejamkan kedua manik matanya, sembari menunggu pedang pusaka milik Alta masuk ke dalam inti tubuhnya.
Pelan tapi pasti benda itu menyeruak masuk senti demi senti, inci demi inci, sampai pada akhirnya terbenam sangat sempurna dalam kehangatan Raina.
"Urgh!!!" Raina merintih dengan tubuh yang gemetar.
"Ehmp!!!" Alta mendengus tertahankan. Lelaki dengan manik mata gelap itu tampak menikmati pijatan di inti tubuhnya yang telah lama tak dia rasakan dari Raina.
Raina dia telah terlalu jauh untuk menyakiti Wira yang notabenenya adalah lelaki yang telah menyebutkan namanya di janji tinggi seorang pria. Yang telah mengubah status Raina menjadi seorang istri yang sah di mata agama dan juga negara.
"Mas aku mau keluar," rintih Raina.
"Kita bareng-bareng, ya?!" Alta mulai bergerak liar di bawah sana, tempo yang dia berikan sungguh cepat. Sampai pada akhirnya meledak dalam inti tubuh Raina.
"Aku cinta kamu, Na!"
"Aku juga cinta kamu, Ta."