Aku sangat sibuk sekali, hingga aku lupa untuk makan siang.
Tiba-tiba Yudha, Yudha datang ke toko bungaku. Yudha kini dengan beraninya memeluk dan mengecup bibirku. Aku sangat marah dan emosi. Sehingga kini aku menampar wajah Yudha.
"Apakah kau gila Pak Yudha?" tanyaku dengan nada mengejek.
"Iya aku memang gila Vanessa, mari kita hidup bersama. Menikahlah dengan aku," ucap Yudha dengan mengecup tanganku.
Apa Yudha sekarang sudah gila? Dulu dia menolak untuk bertanggung jawab, dan menyuruh aku untuk membunuh anak-anakku. Apa mungkin dia menyesal? Pernah jahat kepadaku, tetapi entahlah lebih baik aku menutup mata saja.
"Yudha sebaiknya kamu pergi dari sini, ingatlah kamu sudah menikah. Apalagi Pelangi adalah istri kamu, walau bagaimana pun Pelangi adalah adikku, aku mohon jangan sakiti dia. Kamu sayangi dan cintai dia," pintaku dengan memohon.
Tetapi dia malahan semakin nekat, dia kini memelukku dan mengecup kembali bibirku. Amarahku semakin mendidih, aku sangat benci sekali. Dengan lelaki ini aku sungguh benci sekali, aku sangat kecewa. Aku kembali menamparnya.
"Tolong Pak Yudha, saya mohon untuk anda menjaga sikap. Anda harus tau sopan santun serta batasan anda," ucap aku dengan nada meninggi.
Aku tak tau, jika sudah ada Angga di belakangku. Angga sangat marah sekali, dia memukuli Yudha secara membabi buta.
"Tolong anda jangan ganggu wanitaku, atau kamu mau hancur dan mati di tanganku!" ancam Angga dengan menjotos wajah Yudha.
Yudha dengan wajah luka penuh darah, akhirnya keluar dari toko bunggaku.
"Apa anda nggak apa-apa Nona?" tanya Pak Angga dengan penuh kelembutan.
"Saya nggak apa-apa Pak, saya sangat baik. Justru saya tanya apa Bapak nggak apa-apa?" tanyaku dengan penuh rasa khawatir.
Aku lihat tangan Angga penuh dengan luka, aku akhirnya mengobati lukanya.
Tak lupa aku mengucapkan terima kasih banyak, karena Pak Angga memiliki keberanian untuk menghantam dan menghajar Yudha yang sudah kurang ajar kepadaku.
"Terima kasih Pak Angga, kamu sudah menolong aku. Sudah menolong saya dari orang seperti Yudha," ucapku dengan menundukan kepalaku.
"Sama-sama Vanessa, saya juga berterima kasih banyak. Kamu sudah mengobati lukaku," ucap Angga dengan tersenyum.
Entah mengapa aku hari ini melamun, Pak Angga sampai bertanya kepadaku.
"Are you ok Vanessa?" tanya Pak Angga dengan tersenyum sangat manis sekali.
"Saya baik-baik saja," jawabku dengan tersenyum canggung.
Aku kepikiran dengan kabar Kak Diaz dan Tante Rose. Tanpa sadar au menitikan air mata.
"Kamu bohong iya Vanessa? Kalau kamu baik-baik saja, kamu nggak akan menangis seperti ini. Ceritakan sajka Vanessa, apa yang sedang menggangu pikiran kamu?" tanya Pak Angga dengan rasa penuh kekhawatiran.
"Saya sangat merindukan Tante Rose dan Kak Diaz," jawabku dengan menitikan air mata.
Pak Angga langsung memelukku, dan menghapus air mataku.
"Kamu jangan menangis cantik, jika kamu menangis. Kamu akan terlihat sangat jelek sekali sayang," ucap Pak Angga dengan tersenyum.
Pak Angga berjanji akan menemukan Tante Rose dan Kak Diaz, dia janji akan menyuruh orang-orangnya mencari keberadaannya.
"Siapa itu Tante Rose dan Ka Diaz?" tanya Pak Angga dengan sangat penasaran.
"Kak Diaz adalah kakak kelasku, dia orang yang sangat baik. Kami saling menyayangi sudah bagaikan saudara. Tante Rose adalah Tante Kak Diaz yang sangat baik sekali, aku sangat menyayangi mereka. Mereka sangat berati sekali di dalam hidupku," ucapku dengan tersenyum.
"Kamu jangan sedih lagi, berjanjilah kamu akan tersenyum. Aku janji akau akan menemukan mereka, aku akan menyuruh orang suruhan aku," ucap Pak Angga menenangkanku.
Karena sudah sangat malam sekali, Pak Angga menyuruh aku untuk segera tertidur.
"Sudah malam sayang, kamu tidur iya. Sekarang sudah malam sekali,"ucap Angga dengan tersenyum manis.
Aku masuk ke dalam kamar, aku tidur berempat. Aku, Bagus, Indah dan anak Pak Angga Husein.
Ketika di dalam mimpi, aku mimpi bertemu dengan Pelangi dan Yudha. Mereka berdua menghina dan merendahkan aku.
Yudha melecehkan aku, Yudha mengecup aku dengan paksa. Sedangkan Pelangi menamparku dan menghina aku.
"Aku mencintai kamu Vanessa, tinggalkan Angga. Kamu hidup bersamaku, aku akan meninggalkan Pelangi," ucap Yudha dengan mengecup bibirku secara paksa.
"Cukup Yudha, jangan ganggu aku. Aku benci kamu!" ucapku dengan menampar wajahnya.
"Dasar wanita penggoda, kamu berani menmampar suamiku. Dasar jalang kamu Vanessa, aku sangat membenci kamu. Semoga kamu pergi ke neraka saja," ejek dan sindir Pelangi kepadaku.
Dengan nafas tersenggal-sengal, dengan keringat bercucuran aku terbangun dalam alam mimpi burukku.
Aku tak tau, jika Husein sudah terbangun. Bahkan anak ini sangat lucu dan menggemaskan sekali.
"Tante minum yang banyak, tarik nafas dalam-dalam. Bantalnya tolong tane balikan supaya nggak mimpi buruk lagi," ucap Husein dengan tersenyum.
"Iya sayang, terima kasih iya nak. Ayo kita tidur lagi sayang," ucapku dengan tersenyum.
Aku akhirnya tertidur kembali, aku terbangun jam lima pagi, aku segera mandi. Setelah selesai mandi aku kini memandikan ketiga anak-anak. Baru aku embantu Bi Darmi, aku membantu untuk memasak dan membuat kue.
Kami sarapan dengan kue dan susu, Pak Angga sellau menatapku, aku yakin ada yang salah dengan dandanan aku hari ini.
Sehinga aku berbisik ke Husein, Husein berkata dia seperti melihat sosok ibunya di dalam diriku.
"Husein apakah dandanan Tante aneh?" tanyaku dengan sanga ramahnya.
"Tidak tante, Tante sangat cantik sekali. Bahkan aku seperti melihat sosok Mamaku di dalam diri Tante," jawab Husein dengan tersenyum.
Apa mungkin itu yang di rasakan Pak Angga ketika menatapku? Mungkin karena aku sangat mirip mendiang istrinya Ibu Dahlia.
Aku selalu mendoakan kebaikan hati Pak Angga, aku dikira orang-orabg adalah wanitanya Pak Angga. Padahal tidak begitu, Pak Angga sangat baik. Pak Angga membeli aku dengan harga lima triliun. Tetapi beliau sangat sopan sekali, beliau tidak pernah menyentuhku.
"Vanesa aku sudah makan, kamu jangan melamun Vanessa. Nanti kamu kesambet, " ucap Pak Angga dengan tersenyum.
"Aku tidak melamun Pak," sanggahku.
"Jangan bohong kamu, kamu nggak bisa bohongin aku. Kamu bukan pembohong yang handal cantik, " ucap Pak Angga dengan tersenyum.
Setelah selesai makan, aku diantarkan oleh Pak Angga ke toko bunga. Setelah Pak Angga pergi, aku sangat takut sekali. Toko bungaku hancur, karyawanku juga sangat syok dan kaget tak lama kemudian ada Pelangi datang.
Pelangi melemparku dengan telur busuk, dia menghinaku dengan kata-kata kasar.
"Dasar kamu wanita jalang! Rasakan itu telur busuk sangat cocok, untuk jalang seperti kamu. Kamu wanita jalang pantas mati, "umpat Pelangi dengan terus menunjuk wajahku.
Aku sangat sedih, aku tak menyangka jika Pelangi sangat jahat sekali.
Bersambung.