Chereads / I Love My Husban / Chapter 1 - ILMH

I Love My Husban

🇮🇩Uma_Noona
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - ILMH

Di sebuah lorong rumah sakit, terdapat satu keluarga tengah menunggu dengan keadaan khawatir, entah apa yg terjadi pada satu-satunya putri kesayangan keluarga Alando itu,

Ia tiba tiba pingsan di tengah acara pesta pernikahan saudara tertuanya yaitu Yuda Alando dengan Liana Sekarwangi putri kedua dari Denish Purwanto.

Dengan raut khawatir mereka menunggu hasil dari pemeriksaan dokter.

Tidak lama kemudian dokter muncul dengan senyum yg melekat pada wajahnya, membuat keluarga Alando bingung dan saling pandang satu sama lain.

"Selamat, putri anda tengah hamil, baru tiga minggu, saya harap putri anda tidak terlalu lelah untuk menghindari hal-hal yg tidak di inginkan. Dia bisa langsung di bawa pulang dengan catatan harus banyak-banyak istirahat. " jelas dokter.

Setelah dokter pergi, Herlan Alando selaku kepala keluarga dari keluarga Alando itu langsung masuk ke dalam ruangan, lantas menyeret Putri kesayangan nya itu pergi dari rumah sakit.

Air mata tidak berhenti mengalir  dari mata Jeni Putri Alando, ia merutuki dirinya yang terlalu mudah menyerahkan diri kepada lelaki yang bahkan tidak mau bertanggung jawab terhadap anak yang ada dalam kandungannya.

Meski ia tahu itu adalah anaknya ia masih tetap menolak untuk menikah, ia malah melempar sejumlah uang di hadapan tuan Alando dan menyuruhnya menggugurkan kandungan Jeni.

"Gugurkan anak itu, atau pergi dari rumah ini!!"

Putusan tuan Alando membuat semua yang ada di ruang keluarga itu tidak percaya, bagaimana bisa ayah mereka mengusir satu satunya anak gadis yang bahkan kini sedang mengandung.

"Ayah bagaimana bisa Jeni pergi dari rumah ini!! Ia tengah mengandung ayah!" protes Nando anak kedua dari empat bersaudara itu.

Sementara Yuda si anak tertua hanya bisa diam, tidak memberikan respon apapun.

Masih terpikir kan ucapan Juan saat ia meminta nya untuk bertanggung jawab.

"Ini akibat dari ulah mu sendiri Yud, jika kau tidak ikut campur urusanku waktu itu, adik tersayang mu itu tidak akan menerima akibatnya!"

Ucapan Juan membuat nya merasa teramat bersalah terhadap Jeni, adiknya harus menderita seperti ini karena kesalahan nya sendiri.

"Aku tidak akan menggugurkannya Ayah!

Anak ini tidak bersalah, aku yang salah, jika Ayah meminta ku untuk pergi aku akan pergi.

Aku juga tidak ingin membuat kalian malu,"

Keputusan Jeni membuat Yuda tersadar, ia tidak mungkin membiarkan adiknya menanggung semua itu sendiri, dengan pergi dari rumah.

"Tidak ada yang akan pergi dari rumah ini, Jeni masuk ke kamar mu, Nando dan kau Toni masuk lah ke kamar kalian!" perintah Yuda.

"Tapi Kak!"

"Masuk!!"

Mereka tidak bisa lagi menolak jika kakak tertua mereka sudah mengeluarkan nada dingin nya.

Tuan dan nyonya Alando juga tidak bisa berkutik, mereka tau bahwa anak tertua mereka itu pasti tengah memikirkan solusi yg tepat untuk masalah mereka saat ini.

"Maaf kan kami Haris, kau harus ikut mendengar semua pembicaraan ini, kami benar-benar malu sekarang, tapi kami berharap hal ini tidak di dengar orang lain ...." ucap Yuda yang sempat melupakan kehadiran sahabat baiknya itu, ia baru sadar jika Haris telah ikut bersama mereka dari sejak Jeni di bawa ke rumah sakit.

"Jika tidak keberatan, aku ingin tau apa keputusan kalian sekarang,"

Kata Haris, meski merasa kecewa dan sakit atas kehamilan Jeni tapi ia sadar bahwa cintanya terhadap Jeni tidak akan berubah begitu saja.

"Aku akan membawanya ke Jerman bersama Liana, kami akan tinggal di sana, sampai Jeni melahirkan, setidaknya dengan begitu tidak akan ada yang tahu kondisi Jeni sekarang,"

"Lalu bagaimana dengan kuliahnya?"

"Ia bisa melanjutkan nya nanti setelah melahirkan, yang terpenting sekarang Jeni tidak merasa sendiri, anak itu sangat sensitif, aku khawatir ia berbuat nekad dan pergi dari kami, dia satu satunya saudara perempuan yang aku miliki.

Lagi pula kau dengar sendiri kan apa kata Juan, dia melakukan hal itu untuk membalas dendam kepada ku. Aku tidak bisa meninggalkan nya begitu saja setelah tahu alasan semua yg terjadi padanya adalah karena kesalahan ku."

"Lalu kau akan pergi dengan apa ke Jerman, aku tahu kondisi keuangan kalian sedang tidak baik."

"Aku akan menjual mobil serta rumah yang ada di Jakarta, setidaknya dengan uang itu kami bisa bertahan di sana,"

"Bagaimana bisa kau melakukan itu, rumah itu adalah peninggalan kakek kalian, rumah itu satu satunya tempat yang bisa menyatukan keluarga kalian!"

"Kami tidak punya pilihan lain, aku akan bicara dengan keluarga besar kami nanti, aku yakin mereka tidak akan keberatan."

"Yud ... Bagaiman jika ada seseorang yang ingin menikahi Jeni dan menerima kondisi nya?"

"Itu tidak mungkin Haris, tapi jika benar ada, kehormatan keluarga kami bisa terselamatkan,"

"Lalu bagaimana dengan Jeni sendiri,"

"Aku akan bicara padanya dan akan memberikan nya pengertian, dia pasti mau menerima keputusan kami."

"Jika begitu, biarkan aku yang bertemu dan bicara dengan Jeni sekarang,"

"Untuk apa?"

"Kau akan tahu nanti, aku meminta izin kalian untuk bertemu dengan nya!"

Yuda dan tuan Alando mengangguk menyetujui permintaan Haris.

Perlahan Haris berjalan dan menemui Jeni di kamarnya.

Dengan mengetuk pintu beberapa kali Haris membuka sendiri pintu kamar Jeni yang memang dari dulu tidak pernah di kunci. Haris tahu itu,

Itulah sebabnya ia langsung masuk setelah beberapa kali mengetuk pintunya.

Di dapatinya Jeni yang tengah meringkuk menenggelamkan wajahnya di balik selimut tebal, masih terlihat jelas tubuhnya yang bergetar karena tangis.

"Jeni ...."

Mendengar suara seseorang, Jeni membuka selimut nya lalu berhamburan memeluk Haris yang tengah duduk di sisi tempat tidurnya.

"Kakak ...,"

"Sudah lah, kau jelek jika menangis terus, wajahmu jadi terlihat aneh,"

"Kakaaak," rengek Jeni sambil memukul bahu Haris.

"Jeni, kau percaya pada Kakak kan?"

Jeni menjauhkan wajahnya dari tubuh Haris kala ia mendengar ucapan Haris mulai serius.

"Aku percaya padamu Kak,"

"Jika begitu, apa Jeni mau menikah dengan Kakak?"

"Kakak,"

"Jeni mungkin berpikir kakak melakukan hal ini karena kasihan pada Jeni atau karena ingin menyelamatkan nama baik keluarga Jeni, tapi Kakak tidak melakukan ini untuk itu, kakak sangat mencintai Jeni.

Kita tumbuh bersama, dan bermain bersama, kakak sering mengantar Jeni tidak hanya ke sekolah tapi juga ke tempat yang Jeni mau, entah sejak kapan rasa cinta itu muncul, bukan sebagai kakak, atau sebagai teman, tapi cinta kakak untuk Jeni lebih dari itu.

Meski sempat putus harapan saat Kakak tau Jeni mencintai orang lain, cinta yang ada dalam diri kakak untuk Jeni tidak bisa berubah.

Oleh karena itu, aku ingin melamar mu sekarang, aku tidak mau Jeni pergi lagi, tentang anak yg ada di perut Jeni sekarang, aku akan menerima nya dan akan menyayanginya seperti anak ku sendiri."

"Tapi Kak,"

"Ya aku tau, Jeni tidak mencintai ku seperti itu, tapi Jeni bisa belajar untuk menerima ku nanti,"

"Kak, bukan begitu, tidakkah jika seperti ini, akan terlihat aneh, seperti sebuah kesepakatan.

Jeni tidak ingin melakukan kesepakatan apapun denganmu, Jeni sangat menghormati mu, Jeni juga sayang pada mu, tapi di saat seperti ini, Jeni merasa malu untuk mendapatkan cintamu Kak,"

"Jeni dengarkan aku, dengan Jeni menghormati ku itu sudah sangat cukup, menurut ku, rasa hormat Jeni itu lebih dari cukup untuk ku. Jadi Jeni mau kan menikah dengan ku?"

"Tapi Kak, kamu terlalu baik untuk ku, aku sudah kot _"

Hmppt ....

Haris menutup mulut Jeni dengan tangannya sebelum dia melanjutkan ucapannya.

"Aku tidak suka Jeni berkata seperti itu, kamu tetaplah Jeni yang kakak kenal, Jeni kecil yang manis dan lucu,, Jeni yang selalu membuat jantung ku berdetak dengan lebih kencang,

Jeni ... aku sangat mencintai mu!"

Mendengar ucapan tulus dari Haris membuat Jeni kembali menangis, ia kemudian memeluk Haris lagi, kali ini lebih erat dari sebelumnya.

"Jeni mau menikah denganmu, Kak. Aku akan menjadi istri yang baik untuk mu, Jeni tidak akan membuat mu kecewa lagi."

Karena sudah terlalu lama Haris berada di kamar Jeni, ia memutuskan untuk keluar bersama.

Nando dan Toni yang tidak bisa tenang di kamarnya memutuskan untuk keluar, dan menemui Yuda di ruang keluarga.

Saat Haris keluar bersama Jeni, ia menggenggam erat tangan Jeni membuat tuan Alando dan anggota keluarga nya yang lain memandang heran atas perlakuan Haris yang tiba-tiba seperti itu.

"Aku akan menikahi Jeni dan akan menjadi ayah dari anak yang ada dalam kandungan nya,"

Ucapan Haris membuat semua orang terkejut tidak percaya, bagaimana bisa Haris mau menerima Jeni yang bahkan tengah hamil anak orang lain.

"Dari wajah kalian aku yakin kalau kalian akan memberikan protes atas keputusan ku, dan sebelum itu, aku akan memberikan penjelasan pada kalian.

Aku melakukan hal ini karena aku tulus mencintai Jeni, bukan karena kasihan atau apapun yg ada dalam pikiran kalian sekarang, Jeni sudah menerima lamaran dariku, dan kami akan menikah bulan depan, lebih cepat lebih baik kan?"

"Tapi nak, bagaimana dengan orang tuamu?"

"Mereka sangat menyukai Jeni, mereka juga sudah setuju dan sudah tau apa yang terjadi pada Jeni."

"Nak, bagaimana kami mengucapkan terimakasih pada mu, kau menyelamatkan Jeni dan juga keluarga kami,"

"Tidak paman, aku yg berterimakasih pada kalian, juga pada Jeni karena sudah mau menerima ku."

"Kak Haris, kakak sangat baik pada Jeni ... terimakasih,"

Sebuah kecupan di pucuk kepala Jeni membuat nya merasa kembali terharu, ia menangis.

"Jeni sudah membuat kalian semua kecewa, maafkan Jeni."

"Kak,, Kakak tidak salah, si Brengsek itu yang salah, kakak jangan menangis lagi, atau aku akan mendatangi pria itu lagi dan menghajarnya hingga ia babak belur,"

Sebuah toyoran di kepala membuat Toni sedikit meringis.

"Apa yang kau lakukan Kak, sakit tauu!"

"Begitu saja sudah merasa kesakitan, bagaimana kau bisa menghajarnya kalau begini."

"Jangan meremehkan ku Kak, aku juara bertahan di sekolah ku, orang macam si Brengsek itu tidak ada apa-apanya, Kakak tidak tau saja, aku sudah pernah menghajarnya sekali waktu itu, hingga babak belur."

"Uh benarkah?"

Tanya Nando tidak percaya.Tapi jika itu benar, semua tidak akan berjalan dengan baik.

"Tanyakan padanya kalau kau tidak percaya, oh ya ada Julia juga waktu itu, tanyakan padanya nanti kalau aku mengajak nya lagi kemari."

"Baiklah ayah percaya, kalau begitu kita akan menyiapkan pesta pernikahan untuk Jeni mulai besok, dan Nando, maafkan adikmu yaa, ia jadi terpaksa melangkahimu seperti ini!"

"Yak ayah, apa yang kau katakan.

Ucapan mu membuat ku sakit ayah, oh astaga, ayahku ternyata masih meragukan ku."

Gelak tawa kembali terdengar di keluarga itu, rasa bahagia kembali hadir menyelimuti mereka,

Haris telah kembali membawa sinar kebahagiaan untuk orang disekitar nya, dan Jenie merasa menjadi orang paling beruntung karena telah mendapatkan cinta dari Haris.