Seluruh desa ini di bumi hanguskan oleh Samantha dan anak buahnya, suara jeritan memekik telinga, mereka berteriak meminta tolong tapi tidak ada orang lain di sini, desa ini di bumi hanguskan begitu saja seperti mereka bukan manusia.
Suara yang memekak telinga ini, sayup-sayup didengar oleh Haruka, dia yang masih menyiapkan alas tidurnya itu sebuah selimut tidur khas berkemah itu, Haruka pun terjaga dia penasaran suara itu dari mana..? apakah hewan buas yang sedang menerkam seseorang, atau hanya ilusinya saja.
Dia masih terjaga mau tidak mau dia bangun untuk memastikan suara itu berasal dari mana..? apakah itu suara hewan liar yang sedang memburu-buruannya, atau memang itu suara manusia yang berteriak..? Haruka sangat penasaran mengendap-ngendap di balik semak dia melihat ada kobaran api yang sangat besar di sana dia melihat orang-orang sedang dibakar dan berteriak, dia menutup mulutnya tindakan brutal apa ini..? tanpa sadar air matanya menetes, dia pun takut mengeluarkan suara, Samantha dan anak buahnya pergi dari sana ketika melihat semua orang telah hangus terbakar, meski sebagian masih berteriak dia berpikir tidak lama lagi mereka akan mati semuanya.
"Ya Tuhan ternyata masih ada genosida di mana-mana, mengapa mereka begitu kejam membunuh manusia yang tidak bersalah membakar hidup-hidup seperti hewan..?" benak Haruka yang keluar dari persembunyiannya, melihat keadaan semua orang telah terbakar tubuhnya dan tidak terdengar lagi suara teriakan mereka hanya aroma anyir dari darah manusia, dan yang sangat mengejutkan ketika dia mendekati kobaran api yang sangat besar itu dia melihat bayi di sana masih bergerak di atas api.
Haruka mengucak matanya, apakah yang dilihatnya itu adalah nyata atau hanya ilusi, di tengah kobaran api yang begitu besar dan tubuhnya tidak terbakar, Haruka menepuk pipinya bahkan mencubit lengannya, untuk memastikan dirinya sendiri, bahwa di dalam keadaan sadar bukan bermimpi ataupun berhalusinasi.
"Benar aku tidak bermimpi bagaimana aku menyelamatkan bayi itu ya..?" ucap Haruka yang mencari sebuah kayu untuk menarik bayi itu supaya keluar dari kobaran api, dengan susah payah dia menahan panas yang menyengat itu, Haruka berhasil mengeluarkan bayi itu, dia melihat kain yang menutupinya telah hangus tapi tubuhnya tidak terbakar api sama sekali.
Bayi itu melihat Haruka, tangannya seperti meminta tolong ke arah Haruka, lalu tangan kecil itu dipegang olehnya, seakan ada aliran listrik yang menjalar di tubuh Haruka, dia melepaskan tangannya dari bayi itu padahal yang dipegangnya hanya telunjuknya saja, itu sangat menakutkan bagi Haruka, tapi dia tidak tega meninggalkan bayi ini, sekali lagi dia memegang bayi itu, dan aliran listrik itu tidak lagi dirasakannya, Haruka pun menggendong bayi itu mengambil sal yang melingkar di lehernya, untuk membungkus bayi itu.
"Apakah kau manusia..? apakah keturunan dewa..? mengapa kau selamat dari kobaran api nak..?" tanya Haruka dia baru sadar ternyata bayi ini memiliki kalung dengan bandul, dia melihat bandul itu memiliki sebuah tulisan, dan tulisan itu dibacanya.
"Maureen...! apakah ini nama bayi ini..? apakah ini namamu.?" ucap Haruka sambil memegang bandul itu, dengan rantai emas, itu sangat cantik sekali dan ini adalah seorang bayi perempuan, matanya sangat hitam bersinar, dia sangat cantik dan menggemaskan, tentu saja bayi tidak bisa menjawab pertanyaannya, bayi itu hanya tersenyum kepadanya.
"Baiklah aku akan memanggilmu dengan nama Maureen..? sebaiknya kita bergegas dari sini sebelum orang lain menemukan kita..?" ucap Haruka, beruntung anak ini tidak mengeluarkan suara apalagi menangis dia hanya tertawa sambil menggigit-gigit bandulnya, tidak jauh dari tempatnya beristirahat tadi rombongan sama ntar lewat untunglah, mereka tidak melihat selimut tidurnya yang tergeletak begitu saja di bawah pohon.
Sepertinya Samantha curiga ada seseorang yang mengikutinya dia berputar kembali, ke arah desa yang dibakarnya itu tapi tidak menemukan satu orang pun yang masih hidup di sana, Saman telepon langsung menghilang seketika dari sana sepertinya ia berteleport keluar dari sini.
"Apa itu apakah mereka manusia ataukah hantu mengapa mereka menghilang tiba-tiba..? oh dewa lindungi aku..?" ucap Haruka yang sangat ketakutan itu sambil memegang bayi yang dibalutnya dengan syalnya, dia melihat bayi ini sangat nyaman di pangkuannya dia bahkan tidak menangis sama sekali bahkan kini dia melihat bayi ini terlelap.
"Terima kasih sudah membantuku dengan bersikap tenang kita harus selamat dan keluar dari sini aku sudah menduga ini bukan dunia manusia, sepertinya aku harus kembali ke jalan yang ku lalui tadi..?" ucap Haruka, dia langsung meletakkan bayi itu di atas rumput menggulung selimut tidurnya dan memasukkan kembali ke dalam ranselnya, menutupi bayi itu dengan jaketnya, Haruka kembali menyusuri jalan yang disusurinya tadi dan benar saja jalanan itu seperti tersinari tiba-tiba dia keluar dari sebuah tanaman rambat yang sangat rimbun menggantung tadi.
"Ya..? ini sepertinya aku telah melintasi waktu..? tapi di mana itu aku tidak tahu, dan aku tidak ingin tahu..!" ucap Haruka, dia mendapati ini adalah negaranya Jepang, padahal saat ini dia tidak berada di negaranya, Dia sedang melakukan perjalanan ke Tibet.
"Aku tidak ingin bertanya lagi ini lebih baik menghemat ongkos pesawatku..!" benak Haruka, dia langsung menuju apartemen sederhananya membawa bayi ini.
Kini dia kebingungan harus diberikan apa bayi ini Dia tidak memiliki susu formula bayi ataupun botol susu bayi, tapi Haruka masih malu, dia takut kalau ada tetangga nya melihat dia membawa bayi, mereka berpikir pasti dia melahirkan anak di luar pernikahan, sesaat kemudian Maureen kecil mulai menangis ternyata dia lapar dan belum disusui ibunya setelah melahirkan.
"Aduh, Aku harus apa ..? bagaimana ini..??" Ucap Haruka yang kebingungan, tiba-tiba dia mengingat Takeshi kekasihnya yang merupakan dosen pembimbingnya juga, dia menghubungi Takeshi memintanya membeli formula bayi yang baru saja lahir juga botol susu dan makanan untuk dirinya, Haruka menceritakan bahwa dia menemukan bayi dalam perjalanannya kembali, awalnya Takeshi tidak mempercayai apa yang didengarnya tapi Haruka mendengarkan suara tangisan bayi pada kekasihnya itu.
Setengah jam kemudian seseorang memencet bel apartemennya dia melihat lewat lubang pintu ternyata itu adalah kekasihnya Takeshi, masuk ke dalam apartemennya agar tidak dilihat oleh seorang pun, dia takut mereka akan bertanya apa yang diberinya padahal itu adalah hal yang wajar dan ini adalah ketakutan Haruka saja.
"Bayi...??? katakan padaku dengan jujur Haruka apakah kau memang baru saja melahirkan seorang bayi siapa ayah anak itu..?" tanya Takeshi yang curiga kalau kekasihnya ini telah berselingkuh dan berbuat curang di belakangnya.
"Apa kau gila lihatlah wajah bayi ini..! dia bukan orang Jepang..!" ucap Haruka, takeshipun menjadi tenang tapi kemudian dia kembali khawatir dari mana kekasihnya ini mendapatkan bayi itu.
"katakan padaku yang sebenarnya Haruka..?"
"oke aku akan jujur, tapi kumohon Kau harus mempercayai ucapanku..?" ucap Haruka yang menceritakan semua yang terjadi padanya semalam dengan mendetil dan ini seperti cerita fantasi didengar oleh Takeshi.