Alice masih dengan mata yang tajam. Sedangkan Rachel, ia tampak percaya diri. Seolah mendapatkan sesuatu yang berharga.
"Rachel!" peringat Andika sambil memegang tangan Rachel. Mitha melihat itu dengan sendu.
"Mari kita bicara di dalam!" ajak Jimmy yang tak tega melihat Mitha. "Maaf sayang, Daddy lupa sudah ada janji dengan om Andika."
Mitha menatap tajam ke arah Jimmy. Ia merasa pria itu sengaja menyuruhnya kemari.
Eryl menepis tangan Jimmy. Ia langsung memeluk kaki Mitha.
"Daddy dah nggak sayang sama Eryl!"
"Maaf, Sayang! Daddy janji lain kali. Oke?"
"Eryl!" peringat Mitha. "Denger apa kata Daddy! Ayo kita pulang!"
"Em." Eryl mengangguk lemas.
"Hati-hati di jalan!" ucap Jimmy.
"Kak! Gua anter!" Alice segera pergi dari sana. Ia sempat melirik ke Rachel yang tersenyum puas.
#---------#
Esok harinya. Mitha kedatangan tamu tak diundang. Ia sedikit terkejut ketika melihat Intercom. Andika datang dengan keadaan berantakan.
Mitha terpaksa membuka pintu, karena Andika bukan hanya mengebel. Gedorannya itu sangat mengganggu.
"Apa maksudnya ini?! Katakan?!" teriak Andika sambil melempar surat kabar ke Mitha.
Mitha membukanya dan melihat berita tentang dia yang menandatangani surat aborsi. Sebenarnya apa yang terjadi.
"Apa benar ini?! Jawab Mitha!!" Andika mencengkeram pundaknya dan mendorong Mitha ke tembok. "Kenapa kamu gugurkan dia?! Kenapa kamu gugurkan darah dagingku Mitha?!"
Mitha tertawa sangat keras. "Menurutmu?"
Andika melepaskan cengkramannya. "Kenapa? Kenapa kamu membalaskan pada nyawa yang tak bersalah?! Kalau kamu benci aku!! Bunuh aku!! Bunuh aku Mitha!!"
"Mami?!" Eryl muncul di ambang pintu kamar. Gadis itu baru saja bangun dari tidurnya.
"Heh?! Kamu membuang anak kita dan malah mengurus anak orang lain. Sebenarnya apa yang kamu mau Mitha?!" Andika mencekik Mitha.
"Mami!" teriak Eryl.
"Pergi Eryl! Pergi!" teriak Mitha dengan sekuat tenaga.
"Di saat nyawamu berada di ambang batas. Kamu malah menghawatirkan anak orang." Andika melepaskan Mitha dan mendorong perempuan itu. Ia berusaha mendekati Eryl yang langsung lari ke kamar.
Mitha berusaha merangkak dan menahan kaki Andika. "Jangan sentuh Eryl! Jangan!"
Andika menatap Mitha tak percaya. Dia tertawa sumbang. Bagaimana bisa mantan istrinya malah melindungi anak orang lain.
"Mitha!!" teriak Jimmy, Alice, Mia dan Wisnu.
"Andika!" Jimmy langsung berlari dan menghajar Andika.
"Jimmy! Berhenti!" teriak Mitha saat Andika sudah sulit bergerak. "Bawa aku ke Eryl! Dia pasti ketakutan!"
Jimmy langsung menggendong Mitha. Membawa perempuan itu ke kamarnya. Mereka menemui Eryl.
Sedangkan Wisnu membantu Andika. Ia sebenarnya tak ingin. Tapi hati nuraninya merasa kasihan.
"Gua nggak tau mau bilang apa ke lu!" Wisnu membantu Andika dan membawa pria itu pergi. Mia mengikuti dari belakang. Sedangkan Alice diam di tempat.
"Apa gua salah langkah?" gumam Alice sambil gigit jari.
"Mami!!"
"Mitha!!"
Suara teriakan itu menyadarkan Alice. Ia segera berlari masuk ke dalam.
"Jaga Eryl! Gua bawa Mitha ke rumah sakit!" Jimmy segera menggendong Mitha pergi.
"Sayang!" panggil Alice. "Nggak papa. Mami Eryl pasti baik-baik aja. Mami orang yang kuat."
"Aunty!"
"Eh?"
"Kenapa papi benci mami dan Eryl? Mami pasti sedih dimarahi sama orang yang dicintai. Seperti mami yang marah ke Eryl. Tapi, papi nyekik mami. Padahal mami oramh baik. Hiks! Hiks!"
"Sayang! Maafin, Aunty!" Alice memeluk Eryl dengan erat.
#-------#
Di rumah sakit. Wisnu dengan hati-hati mengobati Andika. Meski tangannya geram ingin menusuk pisau operasi ke tubuh pria itu.
"Sebenarnya seberapa benci Mitha ke gua?"
"Lu pikir?" tanya Wisnu dingin.
"Gua tau." Andika tertunduk lemas.
Wisnu yang kesal melempar peralatannya. Ia benar-benar marah pada pria di depannya.
"Lu benar-benar sudah ketularan gilanya Rachel tau nggak?!" Andika mendongak. "Saat lu nyekik dia dalam keadaan leher tanpa scarf tadi! Apa lu nggak lihat apa-apa?!"
Andika terdiam dan tertunduk lesu. "Jadi bukan hanya membunuh anak gua. Dia mau membunuh dirinya sendiri? Gua bodoh! Gua suami yang bodoh!"
"Lu bukan! Sekarang lu bukan siapa-siapa dia! Ingat itu!"
Wisnu segera keluar ruangan. Ia menemukan Mia yang menatapnya tajam.
"Bukannya lu mau nyatuin mereka?!"
"Emang lu tega ngeliat sahabat lu bersama dengan orang bego kayak Andika?"
"Benar! Oh iya! Gua denger dari asisten Jimmy. Kalau yang nyebarin itu Rachel. Terus! Banyak yang menghujat Mitha dengan beragam bahasa." Mia menunjukkan layar ponselnya.
"Rachel!!" Wisnu benar-benar kesal dengan adik sepupunya itu. "Kali ini meski gua di usir ke rumah sakit terpencil. Gua akan maksa kakek biar anak itu masuk RSJ! Dikurung aja seumur hidup di sana!"
"Gua ikut!" ucap Mia. "Suami istri harus menanggung susah senang bersama."
Wisnu tersenyum dan memeluk erat Mia. "Istri gua memang yang paling hebat. Love you!" Dicium pipi istrinya sebelum pergi sambil menarik lembut tangan pasangannya itu. Membuat iri orang yang melewati mereka.
#------#
Di rumah sakit yang sama, tapi suasana yang berbeda. Mitha membuka matanya perlahan.
"Mitha?!" Jimmy bangkit dan segera menekan bel.
"Aw!" Mitha menutup matanya yang terkena cahaya. "Ini?"
"Di rumah sakit."
"Eryl?"
"Ada Alice yang jaga. Maaf, harusnya gua nggak maksa lu balik Indonesia."
'tok tok tok'
"Permisi!" Dua orang dokter masuk bersama beberapa perawat. Mereka memeriksa Mitha dengan hati-hati dan teliti. Lalu, pamit setelah menjelaskan. Jika tak ada luka parah. Hanya shock saja.
"Kemari!" Mitha menyuruh Jimmy duduk di dekatnya. "Lu nggak salah."
Mitha menempelkan telapak tangannya ke pipi Jimmy. Pria itu memejamkan mata. Menikmati tangan lembut perempuan yang membuat hatinya porak poranda.
Tanpa mereka sadari, Andika berdiri di sana bersama Wisnu. Dokter itu langsung meninggalkan Mia dan berlari mengabari Andika. Begitu Alice mengabari ke mereka yang baru masuk ke mobil.
"Mereka sepertinya benar-benar saling mencintai," Andika segera pergi dengan langkah tertatih.
"Kayaknya seneng habis balas dendam ya?" tanya Mia pada Wisnu setelah mengintip keadaan di dalam ruangan.
"Hahaha! Tidak kok!"
"Jangan bohong! Gua inget banget waktu lu lebih bonyok dari Andika, setelah menyelamati Mitha dari Rachel. Terus waktu lu lari mau jenguk Mitha dengan keadaan pincang. Lu malah ngelihat Mitha menangkup wajah Andika. Benar bukan?"
"Lu?"
"Gua lihat semuanya. Apa sih yang nggak gua tau dari lu."
Jimmy menggosok kedua tangannya di pipi Mia. "Gua makin cinta sama lu. Gimana nih?"
"Hoek!" ucap perawat pria yang lewat.
"Iri bilang! Makanya cari pasangan!" omel Wisnu. "Yuk, kita pulang!" Pria itu mengedipkan matanya dan membuat Mia menunduk malu.
"Penerus rumah sakit dan psikiater kita dah gila. Ayo teman-teman! Kita cari rumah sakit. Takutnya keburu tutup nih rumah sakit, karena mereka."
"Ck! Ini ni namanya gila cinta! Iya kan sayang?" tanya Mia.
"Iya. Semua yang lu bilang pasti bener semua."
"Eeeeee!" Semua yang ada di sana bergidik geli dan segera pergi dari sana.