Asep bangga telah membuat Anton marah. Dia menatap Anton sinis. Tatapannya seperti orang yang mau berantem. Telat pada saat Asep dengan berada di depan Anto, dia menjulurkan lidahnya.
"Wlek!"
"Apaan macam hewan saja!" Ketus Anton.
"Iya nih si Asep kalau lagi menjulurkan lidah seperti tadi terlihat seperti hewan," sahut Sindi menjadi tim Anton. Padahal sebenarnya dia tidak memihak siapapun. Dia hanya spontan saja. Namun, Anton malah merasa seperti dibela.
Anton tersenyum sinis ketika Asep hanya diam tanpa ekspresi. Dia yakin bahwa Asep sangat kesal. Kemarahan seseorang jika sudah berada di puncak adalah diam. Tidak akan ada yang bisa tahu bagaimana rasanya menjadi seseorang yang tidak memiliki jiwa tegar. Andai saja Asep masih menjadi anak cengeng, maka dia akan menangis di depan teman-temannya tanpa memandang bulu.
"Kenapa lihat-lihat seperti itu?" Tanya Anton dan Sindir secara bersamaan dengan kalimat yang berbeda-beda.
"Masalah?"