Setelah bertanya dengan cermat, Genta menyadari bahwa Akademi Bhayangkara telah mengikuti konvensi penamaan selama bertahun-tahun: perhatian langsung pada esensi dan ikuti tradisi.
Budaya tradisional Dinasti Sagara yang makmur selalu ditekankan untuk menunjuk langsung ke hati Dewa yang agung. Dalam istilah orang awam, tidak harus bingung dengan penampilan tetapi untuk menunjuk langsung pada suatu esensi. Sebagai akademi militer tertinggi di Dinasti Sagara, Akademi Bhayangkara secara alami menganggap ini sebagai standarnya.
Selama ribuan tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi manusia telah berkembang setiap hari, dan ada perubahan yang mengguncang bumi. Mereka tidak tahu berapa banyak hal yang telah mengubah penampilan mereka, dan sudah lama sekali tidak dapat dikenali. Namun, jika mereka menyelidiki esensi dan langsung ke sumbernya, mereka akan menemukan bahwa mereka sebenarnya adalah hal yang sama yang terjadi ribuan tahun yang lalu, dan tidak berubah sama sekali.