Hades duduk di kursi yang sudah disediakan dengan memutar bola matanya
malas.
Persis di hadapannya, ada seorang pria
paruh baya yang berdeham seraya
menatap Hades tajam berharap anak itu
terintimidasi.
"Sebenarnya apa yang ada di pikiran
kamu, Hades?" tanya Pak Supratman.
"Kamu tau? Akibat perbuatan burukmu
ini, anak dari sekolah itu mengalami cidera
parah dan harus dirawat intensif di rumah
sakit," lanjutnya.
Pak Supratman menghela napas, Hades
nampak tak acuh dan malah mengalihkan
pandangannya. Memperhatikan setiap
sudut di ruangan itu. Wajahnya terkesan
angkuh dengan luka-luka kecil di sana.
"Jawab saya Hades," suara Pak Supratman
meninggi.
Hades mendecak sebal. "Belum juga mati."
Pak Supratman nampak menggeleng,
menahan amarahnya sendiri. Memiliki
anak didik seperti Hades menuntutnya
untuk ekstra bersabar dan mengontrol
emosi setiap harinya.
"Lagipula kenakalan remaja itu perlu,
biar hidup lo gak garing-garing aja kaya