"APA? KAMU DIKELUARKAN DARI
SEKOLAH?!" teriak Helen, sangat murka.
Mengapa anak gadisnya ini selalu
membuatnya susah?
"MALU-MALUIN AJA! MAU DITARUH
MANA MUKA PAPA, HAH? PUNYA ANAK
GADIS, TAPI BODOH! BISANYA BUAT
SUSAH!" Emosi Adif benar-benar tidak
bisa dikontrol. Membaca surat tersebut
langsung membuatnya naik darah.
Sedangkan Nasya hanya menunduk, kala
kedua orang tuanya terus mengeluarkan
kata-kata menyakitkan. Ternyata mereka
tak beda jauh seperti Azar, batinnya
berkata.
"Kamu buat kesalahan apa lagi sih?
Kemarin-kemarin masih bisa Mama
maklumin. Tapi sekarang? Mama sangat
kecewa sama kamu, Nasya. Seenggaknya
kalau kamu nggak berprestasi, jangan buat
malu!" Helen meremas surat tersebut lalu
membuangnya ke sembarang arah.
"Memang kamu ini tidak bisa mencontoh
Rifkal! Sampai kapanpun kamu adalah
anak yang nggak ada gunanya, Nasya!
Selalu saja buat masalah. Sekali-kali
nyenengin Papa sama Mama, kek! Bisa
kamu?" Adif mengacak rambutnya frustasi.