"Mau kayak gimanapun lo nolak, gue nggak akan berhenti, Zar."
"Itu berarti lo udah nggak punya malu! Seenaknya masuk ke dalam hidup gue, lo datang tiba-tiba, terus maksa gue buat suka sama lo. Harusnya kalau orang cerdas kayak lo bisa mikir. Lo kira gue nggak ke ganggu sama kehadiran lo? Dengar ya, Sya, lo itu cuma hama. Jauhi gue! Karena gue
nggak butuh lo!"
Nasya terpaku. Ia benar-benar merasa tertohok dengan ucapan Azar. Hatinya seperti retak namun tak terlihat. Apa yang baru saja dikatakan Azar benar-benar menyakitkan, terlihat merendahkan, dan sangat menyudutkan posisinya.
Bohong jika Nasya tidak sakit hati dengan perkataan Azar. Mati-matian dirinya menahan agar air matanya tak keluar. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan Azar.
"Kenapa sih, Zar? Lo selalu nolak gue? Gue tulus suka sama lo. Nggak ada niatan lain, tolong lo percaya."