Aarav tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Olivia, hati seorang anak anak merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. Kalau hati ibunya tidak karuan, bayinya pun akan rewel dan panas badannya. Mungkin hatimu tak tenang, sehingga anakmu rewel. Buktinya, kini dia tidak apa-apa."
Ya, Olivia mengakui hal itu. Tadi memang hatinya gelisah, karena memikirkan Aarav dan ingin bertemu dengan lelaki pujaan hatinya itu. Namun dia tak tahu harus ke mana. Dan kini, secara tidak sengaja dia bertemu. Itulah yang menjadikan hatinya tenang. Kerinduan yang selama ini dia rasakan, terobati sudah. Meski mereka tak mungkin melakukan seperti dulu, tapi dengan memandang wajahnya saja Olivia merasa terobati hatinya.
"Mas, ke mana saja kamu?"
"Aku? Ya, bekerja."
"Kenapa kamu tidak pernah kelihatan?"
"Untuk apa, Olivia?"
"Mas, kamu tidak mengerti perasaanku atau kamu memang pura-pura tak mengerti?" Olivia semakin terisak. Ditatapnya wajah Aarav lekat, seakan meminta pengertian lelaki pujaan hatinya.
