Beliau berbaring sambil memunggungiku. Aku mengecup kupingnya dengan canggung dan berkata, "Selamat malam, Telinga." Ibu tidak memalingkan kepala, semata-mata mengembuskan kecupan ke udara kosong ke arahku.
Aku gelisah seperti cacing kepanasan, sesekali cekikikan dan bersuara asal. Aku mencoba mengembuskan napas untuk menandai berakhirnya hari ini, menandakan bahwa sekarang sudah waktunya tidur. Aku menempelkan kakiku yang sedingin es ke sebelah belakang betis Ibu untuk bercanda. Beliau bahkan tidak berjengit, justru memerintahkanku supaya tidur dengan suara berjarak.
Aku berbaring telentang sambil melipat tangan di depan dada, berusaha untuk mengingat-ingat dan membayangkan semua yang telah terucap di kamar Tunner. Aku tahu bahwa orang-orang dewasa akan menelaah video kejadian itu dan bisa memilah-milah perkataan Tunner, untuk kemudian menebak makna tersembunyi dan rahasianya. Aku tahu bahwa bagi mereka, kata-kata memiliki banyak makna berlainan.