"Tapi, bagaimana kalau dia tidak pura-pura dan roh jahat di dalam dirinyalah yang memberitahuku bahwa dia berpura-pura? Di tengah kebingunganku, aku kembali buka mulut sekalipun Ayah dan Sesepuh Wanderly sudah berdiri dan beranjak ke dekat sutradara. "Iya, aku yakin bisa membantu. Aku tidak takut. Aku tangguh. Si penulis bilang aku tangguh waktu kami main sepak bola, makanya aku tahu aku pasti bisa."
Si penulis tersenyum, menutup notesnya, memberiku lambaian kecil dengan tangannya, dan kemudian meninggalkan ruang keluarga dan rumah kami. Ketika dia membuka pintu untuk keluar, ruang depan menjadi terang benderang.
Kata Sesepuh Wanderly, "Kau gadis cilik yang sangat pemberani dan luar biasa, Angel. Aku bertaruh kau banyak menyusahkan anak-anak lelaki di lapangan bermain."
"Aku tidak menyusahkan siapa-siapa."
Kata Ibu, "Bagaimana kalau kau ke halaman belakang dan menendang-nendang bola sepak? Ibu menyusulmu ke sana sebentar lagi, ya?"
