"Tentu saja." Dia mencondongkan badan ke dekatku dan bertanya, "Tahukah kau apa sebabnya aku ke sini?"
Aku mengangguk, meskipun aku tidak tahu persis dia hendak melakukan apa untuk membantu kami.
"Kau tahu aku ke sini untuk membantu kakakmu, keluargamu, dan kau."
Aku mengangguk lagi, tidak sabar karena ingin dia cepat-cepat menjabarkan bagaimana tepatnya aku bisa membantu, sekaligus jengkel karena dia berbicara kepadaku seolah-olah aku anak baru empat tahun, bukan delapan tahun.
"Aku sudah menyaksikan video yang kau rekam di kamarmu, Angel, dan aku sudah menyaksikan wawancaramu, termasuk—apa istilahmu, sutradara—pengakuan? Aku tidak yakin setuju dengan istilah itu." Sesepuh Wanderly tersenyum kepada si sutradara, yang membalas dengan mengangkat bahu sambil cuek.
"Di depan kamera, kau sempat memaparkan bahwa roh jahat mendekam dalam diri Tunner. Begitukah katanya kepadamu?"
"Iya, dia bilang begitu kepadaku di ruang bawah tanah, iya."