"Diam, Angel. Mulai sekarang, jangan ikut campur urusan orang lain."
"Tapi—"
"Tidak ada tapi-tapian. Berhenti bicara barang sedetik, bisa kan? Dengarkan." Tunner tidak mencondongkan badan kedepan, dia tidak menggerakkan tubuh sama sekali. Dia masih memegangi ponsel dengan postur santai, sedangkan nada bicaranya kedengaran blakblakan, yang justru menjadikan situasi ini semakin tidak enak.
Aku sudah tidak bisa lagi membujuk Tunner, dia sudah terlanjut marah besar kepadaku. Telapak tanganku berkeringat beberapa kali terus kuusapkan ke baju.
"Aku tahu kau memberi tahu Ibu tentang cerita-cerita baru kita, tentang yang tumbuh. Kau juga mengarang bahwa yang tumbuh menelan lapangan sepak bola, kan? Aku tidak pernah bilang begitu. Dasar gombal."
Tunner tidak mengulangi huruf yang salah kutebak, justru menggambar huruf baru. Huruf tersebut berupa dua garus vertikal yang membujur ke atas dan kemudian ke bawah punggungku, serta dihubungkan oleh garis diagonal.
"N."