Bahwa Ibu menyembunyikan entah apa dariku justru membebaskanku untuk membayangkan segala ragam skenario horor di tempat praktik dokter. Bukan berarti aku mengetahui dokter apa yang Ibu maksud. Bukan berarti aku tahu bahwa dokter itu macam-macam.
Bagiku yang masih kelas dua SD, dokter ya dokter; seseorang yang menyembuhkan orang sakit. Namun, aku mafhum penyakit Tunner serius dan aku khawatir jangan-jangan dia menderita kanker atau penyakit lain yang namanya tidak dapat kulafalkan.
Aku tidak mau punya anak, tapi andaikan aku sekonyong-konyong dikutuk untuk menjadi seorang ibu, aku bersumpah dari lubuk hatiku yang terdalam untuk menjawab pertanyaan apa saja yang diajukan oleh anakku, memberitahukan segalanya kepada anakku, dan tidak menutup-nutupi detail sekecil apa pun yang mungkin tidak enak didengar.
Dalam rangka mengorek informasi yang tidak bisa dipancing, kukeluarkan senjataku satu-satunya. "Bu, Tunner bertingkah aneh akhir-akhir ini."
"Oh, ya? Aneh bagaimana?"