"Itu!" seru Juwono. "Kalian lihat? Dekat batu besar itu—"
Tubuh-tubuh tergeletak, banyak diantaranya sudah terpendam di dalam semak-semak, dan nyaris tidak bisa dikenali. Keduanya tubuh mereka, dan Angel merasa jika ada waktu, ia bisa dengan mudah membedakan mana yang tubuh mereka; tapi tak ada waktu, karena satu Malignus meluncur keluar dari sepetak kegelapan terdekat ke arah mereka.
Angel melompati halangan terakhir, sebatang pohon tumbang, dan menghunjamkan pisau ke pendar di udara yang tidak melawan itu. Ia merasakan tangannya kebas, tapi ia mengertakkan gigi dan mempererat cengkeraman pada tangkai pisaunya, dan sosok pucat itu tampak seperti mendidih dan lumer kem-bali ke dalam kegelapan.
Hampir sampai; dan kedua tubuh itu dibawa mereka seperi baju sampiran, karena Malignus-malignus lain terus mendesak maju melewati pepohonan, dan hanya arwah-arwah pemberani yang menahan mereka.
"Kau bisa membuka jendela?" tanya arwah Sumanto.
