Ingatan tentang peperangan mulai menyelimuti Pamongso di dalam kepalanya. Ia merasakan setiap kecemasan, rasa sakit, penderitaan, kemarahan dari setiap anggotanya dulu. Kini ia menyadari pemicu wujudnya sekarang adalah kenangan-kenangan menyedihkan itu, ia ingin menghindarinya sehingga membuat wajahnya menghilang sebagai bentuk pelarian.
"Aku belum mengerti akan kekuatan ini, bagaimana bisa aku mengujinya, aku baru saja terlahir."
"Ikuti aku sekarang."
Mereka berjalan menuju pusat kota, Atma tidak berjalan semestinya karena ia tidak bisa menyentuh tanah. Itu sebagai tanda perbedaan mereka. Berbeda dengan para prajurid, mereka semua bisa menyentuh tanah, begitu juga Pamongso. Kini dia berjalan mengikuti Atma dalam langkah bimbang. Ia takut ketahuan oleh warga kota dan tim squatnya, tapi rasa takut itu mulai pudar karena perubahan pada dirinya makin sempurnya dan itu mempengaruhi hatinya.