Maka pekerjaan itu berlanjut. Angel tak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan, Amel mendapati tangannya sakit, matanya berair, kulitnya terbakar dan memerah, dan setiap tulang di tubuhnya kesakitan karena lelah. Tungangan peri-peri yang kecapekan masih terus mengepak-ngepakkan sayapnya ke api dengan mantap.
Ketika tiba saat untuk sambungan terakhir, kepala Angel telah berdenging, dan ia begitu kelelahan karena mengerahkan kekuatan benaknya sehingga nyaris tidak mampu mengangkat cabang berikutnya ke api. Ia harus memahami setiap sambungan, kalau tidak belatinya takkan menyatu, dan tiba saatnya untuk sambungan yang paling rumit, yang terakhir, yang akan menyatukan belati yang nyaris selesai itu ke sedikit sisa di gagangnya—jika ia tidak mampu menahannya agar menyatu dengan potongan-potongan lain dengan konsentrasi penuh, belati itu akan hancur berantakan seakan Beruang tak pernah mulai memperbaikinya.