Angel merasakan sentakan shok dan murka karena Pendeta berani menyinggung ibunya untuk mendukung pendapatnya sendiri. Lalu shok yang pertIma tambah rumit karena pikiran bahwa ibunya, bagaimanapun, tidak melindungi dirinya, ia yang harus melindungi ibunya. Apakah Pendeta lebih menyayangi Amel sehingga mengorbankan dirinya untuk menderi ini? Tapi itu tidak adil: Pendeta ini sudah sinting.
Entah Pendeta tidak menyadari gejolak perasaan yang diakibatkan kata-katanya, atau ia luar biasa pandai. Matanya yang cantik menatap lembut ketika Angel merona dan bergerak-gerak tidak nyIman, sejenak Pendeta tampak sangat mirip dengan Amel.
"Tapi apa yang sekarang akan kau lakukan?" tanya Pendeta.
"Hemm, aku sudah melihat Amel," kata Angel, "dan ia masih hidup, itu jelas, dan kurasa ia Iman. Hanya itu yang akan kulakukan sekarang. Jadi saat ini aku bisa pergi dan membantu Lord Zakara, seperti yang seharusnya kulakukan."