Sebenarnya semua gelas sudah tercuci bersih. Dua orang tetangga yang membantu acara sudah berpesan untuk membiarkan gelas basah mengering di atas nampan bersih. Mereka bersedia kembali lagi esok pagi. Namun, Kiara butuh pengalihan. Raut kesedihan di wajahnya pasti akan mengundang banyak tanya Dion. Ia tak mau terisak-isak di depannya. Malu.
Sayangnya, melihat perhatian lelaki yang kini sibuk mengelap gerabah itu membuat pertahanan Kiara runtuh. Ia tak sendiri lagi. Sungguh ibu baru itu terharu menyadari ada seseorang yang peduli dengannya dan Saka—bayi merah yang tengah tertidur pulas di kamar.
Kiara tertunduk, menutup wajah dengan dua telapak tangan, lalu bahunya bergetar karena tangis. Suara isak pelan itu secara spontan membuat Dion menoleh. Lelaki hitam manis itu bersegera meletakkan kain dan gelas ke atas meja.
"Eh, kamu kenapa? Aku ada salah sama kamu, Ra?" Dion merengkuh bahu Kiara, menghadapkan diri padanya.