"Gel...
Yang dipanggil refleks berjingkat. "Eh, iya, Kak, nanti aku telepon Kak Yusuf."
"Oh, oke. Kamu enggak apa-apa? Kok tegang begitu? Aku antar sampai teras, ya?" Yusuf ikut menilik ke teras rumah.
Angel menggeleng diiringi senyum kaku. "Enggak usah, Kak. Kasihan Mbak Trias menunggu lama di kantor."
Eyang Ningsih tampak duduk berdua dengan seorang perempuan berbadan dua. Keduanya asyik minum minuman hangat dari cangkir masing-masing. Teh mungkin?
Angel berniat turun ketika Yusuf mencekal pergelangan tangannya, lalu mengecup sekilas pipi perempuan itu. "Aku menunggumu, Gel. Segera telepon kalau urusanmu sudah selesai."
Angel mengangguk. Perempuan berkaus hitam berpadu kemeja flanel itu segera turun. Meninggalkan Yusuf yang mulai berspekulasi. Lelaki itu melepas pijakan rem, melajukan Fortuner hitamnya perlahan sembari meraih ponsel di saku celana.
"Halo, selamat sore, Pak. Ada yang perlu saya kerjakan?" Suara 'Trias terdengar begitu Yusuf meneleponnya.