Malam itu hujan turun sangat deras, suara gemuruh beserta kilatan petir menghiasi langit saling menyambar. Warga kota lebih memilih tinggal didalam rumah, berselimut hangat, meminum cangkir coklat panas, dan bercengkrama hangat bersama kasih. Tidak ada satupun orang yang ingin keluar rumah di tengah badi. Dan, tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa kamar seorang gadis tengah dimasuki air setinggi tiga puluh senti meter.
Air hujan terus masuk melalui pori-pori tanah, lorong-lorong pintu ruangan, dan celah dari akar pohon. Bagian dalam keseluruhan kamar di ruang bawah tanah sudah semakin lembab dan dingin. Dan, gadis itu tetap ditempat tidur, dia menahan rasa dingin yang terus menusuk tulangnya. Seranga-seranga bertenger di atas perut mencari perlindungan supaya tidak tengelam. Dia pasrah pada keadaan, rasa jijik sudah sirna sejal dirinya terbaling diranjang tanah ini, dia tidak bisa mengusir mereka karena setengah badannya sudah mulai lumpuh.
