Olivia menangis, bingung dengan kenyataan yang ada. harapannya untuk bisa hidup tenang dengan Aarav, bagaikan terkubur sudah. Tapi dia tidak boleh mengalah. Dia harus bisa meyakinkan dirinya, juga Daffin, kalau dia tidak mencintai pemuda ini. Meski pemuda ini telah merenggut kegadisannya, telah menghancurkan masa depannya.
Menyaksikan tangis Olivia yang sangat trenyuh, Daffin terpaku diam. Perlahan dia melangkah, lali duduk di samping Olivia. Dengan lembut dibelainya rambut gadis pujaan hatinya, yang tidak mencintainya.
"Baiklah, kalau itu memang keputusanmu. Aku akan berusaha melupakanmu." Akhirnya Daffin mengalah, meluluskan permintaan Olivia, meski hatinya tidak menerima.
"Kalau begitu, sebaiknya antar aku menemui Aarav."