Saat larut malam, kadang-kadang Tunner berbicara atau bahkan berbisik-bisik keras kepada dirinya sendiri, kata-kata dan kalimat-kalimatnya senantiasa tidak terjangkau. Aku tidak ingat apakah Ibu atau Ayah pernah masuk ke kamarnya untuk berusaha menghiburnya atau menyuruhnya diam, ataukah mereka berdua diam saja di kamar sendiri, sudah puas dengan berpura-pura bahwa yang kami dengar adalah televisi Tunner. Pokoknya, celotehan nokturnal itu relatif enteng dibandingkan dengan amukan Tunner terdahulu dan juga tidak terlalu berkepanjangan. Keesokan paginya, Tunner selalu diam seribu bahasa seperti sediakala.
Tunner lebih sering diam sekarang, dia juga mulai suka makan banyak mungkin untuk mengembalikan tenaganya lepas pengobatan. Setahuku Tunner tidak menyukai seperti makanan pedas tapi hampir setiap pagi dia meminta Ibu untuk menyiapkan sambel di atas meja makan dan mengoleskannya ke setiap roti.