Kedengarannya seperti tafsiran muluk-muluk, padahal ayahku sekadar meluruskan lengan dan bergerak sepintas ke arah meja rias. Tafsiran tersebut mungkin baru kurumuskan belakangan, sedangkan semua yang terjadi sesudahnya telah bercampur aduk dan merombak kenanganku tentang kejadian malam itu di kamar Tunner. Tapi, bukan berarti tafsiranku tentang Ayah tidak akurat.
Sementara Ibu menarik diri dan menjaga jarak, Ayah menjadi semakin taat sekaligus meledak-ledak, sedangkan pada malam itu aku ingat betapa amarah memancar dari diri Ayah bagaikan gelombang pasang, bagaikan gelombang panas. Tunner juga tahu, dan dia justru meringis dan memutar-mutar bola mata kepada beliau untuk memperparah keadaan.
Tunner akhirnya melihatku menggelayuti Ibu dan dia sontak menjadi riang. "Oh, hai, Nona Angel."