Ayah baru pulang dari tempat yang dirahasiakannya, tidak mau memberitahuku. Langkagnya begitu cepat bergegas menuju meja makan, walaupun aku sudah selesai, tapi rasanya tidak lengkap kalau tidak makan bersama satu keluarha.
Ayah duduk di balik meja sambil menundukkan kepala, memejamkan mata, dan mengatupkan kedua tangan, jemarinya berkelindan begitu rapat sehingga ayahku terkesan memiliki jari lebih banyak daripada seharusnya. Aku menghitung kuku jari di masing-masing tangan beliau untuk memastikan bahwa jumlahnya normal. Tubuhnya masih mengeluarkan uap panas, mungkin dalam perjalan pulang Ayah berlari sehingga bisa sampai untuk makan bersama.