Ia menoleh untuk mengingatkan ayahnya tentang masa lalu mereka itu. Ia Amelnya Roger, penuh keanggunan dan keberanian; ia tidak perlu merayap seperi serangga. Tapi bisikan pelan ayahnya itu berkata, "Amel, hati-hati—ingat, kau tidak mati seperti kami—"
Kejadiannya terasa begitu lambat, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya: berat badannya bergeser, batu-batu bergerak di bawah kakinya, dan tanpa mampu menahan, ia mulai merosot. Mula-mula kejadian itu terasa menjengkelkan, kemudian terasa lucu: ia berpikir, konyol sekali!
Tapi saat ia benar-benar gagal berpegangan pada apa pun, sementara bebatuan bergulir dan berjatuhan di bawahnya, saat ia merosot turun ke tepi, semakin lama semakin cepat, kengerian kejadian itu menghantamnya. Ia akan jatuh. Tak ada yang bisa menghentikannya. Sudah terlambat.