Ia melepaskan sebatang dayung dan tangannya yang menekuk seperti cakar meraih cincin besi yang terpasang di tiang di sudut dermaga. Dengan tangan yang lain ia menggerakkan dayung untuk merapatkan perahu ke dermaga.
Tidak perlu bicara. Pengayuh perahu seperti memberikan isyarat untuk segera menaiki perahunya. Dan, mereka perlahan mendekat ke sana. Lalu ketika kaki mereka melangkah maju untuk naik ke perahu.
Tapi tukang perahu mengacungkan tangan.
"Ti—tidak," katanya, berbisik serak.
"Siapa yang tidak?"
"Kalian tidak."
Ia mengulurkan jari kelabu keriput seperti ingin meleleh, menunjuk lurus ke semua orang itu, yang juga terkejut seakan sedang ditodong sebuah tombak di dada mereka..
"Kalian harus meninggalkannya di sini. Kemudian barulah bisa menaiki perahu untuk kuantar ke tujuan."
"Apa yang tidak bolek ikut, kami harus segera menyembang." kata Amel.
"Tubuh fisik, kalian tingalkan dan segeralah berangkat menaiki perahu."