Tapi dengan berbuat begitu, ia justru mendorong dirinya sendiri semakin dekat, dan saat menyadarinya, ia keringat semakin berkucuran membasahi keningnya, mengalir ke leher Amel yang hangat dan jantungnya yang berdegup mantap.
Amel membuat pelukan pada dirinya sendiri dan menghadapi Ajalnya lang-sung. Ia tidak bisa mengingat apa yang dikatakan Ajal-nya tadi, dan dari sudut matanya ia bisa melihat Kesatria Peri cepat-cepat mempersiapkan resonator batu magnetnya, sibuk.
"Kau Ajalku, bukan?" katanya.
"Ya, Sayang," jawabnya.
"Kau tak akan membawaku pergi sekarang, kan?"
"Kau yang menginginkan kedatanganku. Aku selalu ada di
sini. Selalu dekat denganmu."