"Rasyaaa" panggilku seraya melambaikan tanganku.
Mas Iban yang di sampingku ikut melambai padanya. Kulihat langkah Rasya berat menghampiri kami. Aku tahu itu. Tapi aku menafikanya. Aku tetap memberikan senyuman dan wajah sumringahku di hadapan Rasya. Meski dia tak kan memandangku untuk saat ini. Tapi aku yakin aku akan bisa menaklukkan hatinya. Seperti aku telah menaklukkan ayahnya.
" Kita makan es krim dulu yuks," ajakku sambil menerima tas sekolahnya. Tanpa menjawabku dia berlalu mendahului dan masuk ke mobil.
Aku tersenyum. Getir. Bagaimana aku bertahan selama ini. Rasanya di jadapan anak kecil itu aki tak punya harga diri. Seringkali perkataanku tak dihiraukannya. Hanya berlalu tanpa menjawab, dan tanpa ekpresi. Kalau bukan mas Iban yang meyakinkanku kalau aku bisa mencuri hati Rasya dan suatu saat Rasya pasti akan memerimaku, mungkin aku sudah memyerah.
Rasya... Rasya
Kapan kamu akan melihatku. Aku memang bukan bundamu. Tapi aku yakin aku pasti bisa menjadi mama yang baik buat kamu nak