Sudah hampir tiga tahun Satya menekuni usaha coffe shop. Dan tidak sia - sia perjuangannya selama ini, coffe shopnya maju pesat. Banyak muda mudi yang datang untuk nongkrong di caffe ya. Selain karena tempatnya yang istagramable, menu yang di suguhkan juga sangat pas di lidah selain harganya yang lumayan terjangkau.
Hari ini seperti biasa, Satya berada di coffe shopnya. Selain untuk memantau karyawannya. Dia juga ada janji dengan Karina sang kekasih untuk menghabiskan malam minggu bersama. Satya dan Karina sudah lama berhubungan. Mereka berhubungan sejak mereka masih di bangku SMA.
Hari ini Satya berniat untuk melamar sang kekasih. Dia ingin membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Lagi pula apa lagi yang ingin ia tunggu. Usahanya sudah maju pesat. Untuk mencukupi kebutuhan Karina dan anaknya kelak dia sanggup untuk memenuhinya. Dia hanya ingin menjadikan Karina wanitanya seutuhnya.
Setelah hampir dua jam menunggu, Karina belum juga datang ke coffe shop. Satya mencoba menghubungi wanita itu. Namun nihil, tidak ada jawaban. Teleponnya tersambung, akan tetapi tidak diangkat. Satya mulai khawatir dengan keadaan sang kekasih. Tidak biasanya Karina melupakan janji temu mereka. Satya memutuskan untuk menemui Karina di unit apartemennya. Mungkin saja, Karin ketiduran.
Satya berpamitan ke pada Rangga, bartender kesayangannya. Dan ia keluar dari coffe shopnya dan menaiki mobil sport kesayangannya. Melajukan mobil itu menuju apartemen sang kekasih.
####
Selang setengah jam, Satya sudah sampai di unit apartemen sang kekasih. Dia keluar dari mobil yang sudah ia parkir di bagian pojok gedung. Satya bisa melihat mobil sang kekasih terparkir rapi di parkiran gedung apartemen. Namun yang menjadi pertanyaannya. Mobil yang terparkir di samping mobil sang kekasih. Kenapa mobil itu bisa berada di sini. Mungkinkah ada temannya yang juga menjadi penghuni apartemen ini.
Satya menyingkirkan pikiran negatifnya. Dia melangkahkan kakinya menuju lift dan menekan angka 15 tempat dimana unit apartemen sang kekasih berada. Ada perasaan yang nggak enak saat benda persegi itu membawanya menuju unit Karina. Namun Satya mengenyahkan perasaan itu. Dia percaya semuanya akan baik - baik saja.
Satya melenggang menuju unit Karina. Dia menekan angka - angka yang menjadi pasword apartemen sang kekasih. Satya sangat hafal pasword itu, sebab hampir tiap hari sepulang kerja dia akan mampir ke apartemen ini, entah itu untuk berkunjung atau untuk bermalam menghabiskan malam panas bersama.
Satya membuka pintu apartemen, sepi tidak ada Karina di ruang tengah, mungkin Karina masih tidur sesuai dengan dugaan Satya. Satya melepaskan sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu yang berada di dekat pintu masuk. Namun gerakkannya terhenti saat dia melihat ada sepatu laki - laki berada di rak sepatu. Dan itu bukan sepatunya. Perasaannya tambah tidak enak.
Satya bergegas melangkahkan kakinya ke kamar sang kekasih. Pintu kamar itu tidak tertutup sempurna. Dari tempatnya berdiri Satya bisa melihat sang kekasih di tindih oleh seorang laki - laki. Suara erangan dan desahan sang kekasih terdengar jelas di telinganya. Satya mematung di tempatnya. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dia dengar. Mimpikah ini? Dan dua orang yang saling menyatu itu tidak mengetahui kedatangan Satya. Sebab mereka sedang fokus untuk mendapatkan kepuasan masing - masing.
" Armand,,,aaaku mau sampai,,," ucap Karin di tengah desahannya.
" Keluarkan, babe." ucap laki - laki yang menindih Karin.
Satya seperti di sambar petir di siang bolong. Dia hafal dengan suara laki - laki itu. Dan tadi Karin memanggilnya Armand. Apa yang di maksud Karin itu Armand kakak laki - lakinya. Tapi bukankah Armand sedang di Bandung, menjadi dokter kandungan di sana. Sungguh ini gila. Satya mencoba tenang. Dia harus menyelesaikan semua masalah ini. Dia harua mendapatkan penjelasan dari mereka berdua.
Satya memutuskan untuk menunggu di ruang TV yang berada tepat di depan kamar Karin. Di temani sebotol wine, dia mencoba meredam amarahnya. Selang setengah jam, pintu kamar itu terbuka. Terlihat laki - laki itu keluar dari kamar Karin dengan rambut yang setengah basah. Dia terkejut melihat Satya yang tengah duduk di sofa sambil menyesap minumannya.
" Sudah selesai?"