Rasa sakit di hatinya atas pengkhianatan sang Ayah terhadap ibunya, membuat ia tak menyukai wanita cantik. Menurutnya salah satu penyebab Ayahnya menyukai wanita adalah karena sang ibu yang sudah tidak cantik lagi.
Dari sanalah, Evander bahkan gak ingin dekat bahkan gak pernah membuka perasaan untuk semua jenis mahluk yang berjenis kelamin wanita.
Kabar kematian para perempuan malam itu terdengar oleh sang Ayah. Johanes sendiri meyakini bahwa hal itu lumrah terjadi mungkin diakibatkan oleh orang lain dan tak berpikir Evander penyebab nya.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Johanes pada putranya.
Evander hanya berjalan sembari diam melewati lelaki paruh baya itu.
Keluarga Johanes memang terkenal sangat kaya raya seantero negeri, bahkan banyak para keluarga menawarkan anak gadisnya untuk bermalam bersama dan mendapatkan imbalan banyak emas.
Hati ini seorang lelaki yang sangat hobi berjudi kehabisan uang untuk melakukan permainan yang membuat kecanduan itu. Hasratnya berjudi kian menguat sampai pada akhirnya ia memikirkan hal buntu.
Pada sore hari menjelang malam, Apolo begitulah semua orang memanggilnya! Ia selalu berjudi bahkan ketika hari kematian istrinya. Hari ini mengajak sang putri semata wayangnya bernama Bernadette untuk pergi mengantarkan nya bekerja di sebuah rumah mewah di tengah hutan yang sudah di kenal banyak orang.
Percaya pada sang Ayah membuatnya menurut saja. Sebelum memasuki hutan banyak lelaki yang menatap gadis itu. "Apa yang kau lihat?" Tanya Apolo sembari memukul kepala seorang pemuda yang berdagang aksesoris di sana.
"Apakah dia putri mu Tuan?"
"Ya, jangan melihatnya dia milik Tuan Johanes!" Jawab Apolo.
Bernadette tak mengerti maksud Ayahnya, tetapi ia berpikir mungkin karena akan bekerja di rumah mewah milih Johanes.
Setelah memasuki hutan, Bernadette melihat sang Ayah yang terus menggerakkan tangannya seperti berhitung. "Ayah apa yang kamu hitung?"
"Uang yang akan kamu hasilkan setelah bermalam dengan Guan Johanes"
"Bermalam, aku mungkin harus bekerja satu bulan untuk mendapatkan bayaran pertama"
"Itu lebih baik maka kita akan kaya raya, karena melayani dia semalam saja kamu akan di berikan banyak emas!"
"Pekerjaan apa yang di bayar dalam semalam?" Bernadette yang tak pernah keluar rumah pun penasaran dan bertanya pada Ayahnya.
"Tidur dengannya, kamu harus memuaskan Guan Johanes"
Seketika mata Bernadette terbelalak, ia kini sadar bahwa Ayahnya akan menjualnya.
"Ayah, apa kau menjual ku pada lelaki tua Bangka yang terkenal kejam itu?"
Melihat reaksi tak suka dari wajah putrinya Apolo merubah reaksi. "Bernadette, kita perlu uang kamu harus melakukan ini!"
"Ayah, aku tahu kamu pasti sangat membutuhkan uang untuk berjudi lagi"
Melihat gadis itu terus berteriak membantah membuat Apolo menampar nya. Bernadette menyentuh pipi yang tiba-tiba kebas kemudian berangsur sakit dan kini memerah.
Dia memundurkan langkahnya dan kini berlari menjauhi sang Ayah, melihat itu Apolo yang sedikit mengalami sakit lutut sedikit kesulitan mengejar Bernadette yang menangis dan terus berlari.
Kuas hutan yang tak sembarangan orang masuk itu membuat Bernadette tak sadar ia berada di mana padahal sebelumnya ia berniat kembali ke pemukiman nya.
Brakkk!
Tubuh wanita itu menabrak seseorang dan terjatuh ke sebuah lubang. "A-aaa sakit sekali!" lirih Bernadette.
Di rumah mewah milih Johanes ia tampak berdiri menunggu tamu yang datang hari ini. "Pelayan!" Teriaknya.
"Ya Tuan!" Seorang gadis muda bertubuh sintal berlari untuk menjawab panggilan Tuannya.
"Apakah seseorang belum datang, aku menunggu dari tadi!" Ia marah.
"Tampaknya belum tiba Tuan!"
"Dimana Evander?"
"Tuan muda belum datang Tuan, dia pergi ke hutan!"
"Anak nakal itu sudah besar dan masih pergi ke sana untuk mencari hewan yang memiliki pantat terang itu, masih seperti bocah tengil saja,"
Kini kekesalan Johanes bertambah karena wanita yang ditunggunya belum juga datang. Tatapan nya kini beralih pada tubuh wanita di depannya. "Kemari lah!" Johanes menggerak-gerakkan satu telunjuk nya, dan perempuan di depannya langsung paham dan mendekat.
Sebuah kecupan pertama ia dapatkan dari pelayan itu. "Apakah baju mu yang seperti ini, untuk menggodaku?" Johanes tersenyum licik.
Pelayan itu tampaknya senang dengan ucapan nakal Johanes. "Apakah anda ingin saya goda Tuan?" Jawabnya percaya diri.
Ia langsung membawanya ke kamar. Merobek baju perempuan itu dan langsung buah persik menyembul dari dalam sana. Tangan Johanes sudah bergegas dan bermain di area bawah, membuat perempuan itu menggelinjang dan mengangkat dua kakinya.
Suara desah nya sudah memenuhi ruangan kamar itu. "Aku tak menyangka memiliki pelayan bagus seperti mu" Ucap Johanes seraya menggesek miliknya.
"Aku akan membayar super ekstra gaji mu!"
Perempuan itu tersenyum setuju dan mulai menempatkan dirinya dengan baik dan membuka kakinya lebar pertanda setuju. Mereka melakukannya cukup lama. Sampai keduanya amat sangat puas. Perempuan itu akan keluar menggunakan piama sang Tuan, karena bajunya yang rusak parah di robek Johanes dan sudah jelas ia akan menjadi bintang pelayan di rumah itu.
Tampak sebuah tamparan nakal di bongkahan belakang nya dari Johanes, membuat ia sedikit merintih nakal sebelum meninggalkan ruangan itu.
Sementara di Hutan Bernadette akhirnya sadar ia berada di sebuah lubang yang cukup besar, setelah melihat sekeliling.
Ia berteriak sesekali namun tidak ada yang terdengar selain suara hewan di hutan sana.
Tangan di atas kepalanya melindungi nya dari terluka. Ia berusaha bangkit walau susah payah. "Ah, hei hei!" Bernadette sangat kaget melihat seorang lelaki yang tertindih olehnya tak sadarkan diri.
Hari sudah mulai malam dan matahari bergeser. Tangannya menyentuh sebuah senter tua dan menyalakan nya.
"Kepalanya terluka!" Bernadette kini terbelalak melihat darah begitu menegang kepala lelaki itu.
Ia dengan terpaksa merobek gaun panjang nya demi menutupi muka lelaki yang masih bernapas itu.
Kini pakaian nya sedikit terluka karena merobeknya cukup banyak. Setelah sekitar satu jam lelaki itu kini tersadar. Cahaya senter yang mulai sedikit redup adalah penglihatan pertama nya. Kemudian melihat pada seorang gadis yang menatap nya was-was.
"Siapa kamu?"
"Apakah kamu baik-baik saja?" Bernadette malah bertanya kondisi lelaki di depannya di banding menjawab pertanyaan lelaki itu.
"Apa yang kita lakukan di sini?" Lelaki itu kemudian melihat ke atas tampak bulan bersinar sangat terang malam ini.
"Aku lari dan tak sengaja menabrak mu, kemudian kita berakhir di sini aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi tapi aku minta maaf!"
Mendengar penuturan Bernadette tampaknya ia juga ingat hak itu.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Bernadette.
Melihatnya mempertanyakan hal itu membuat lelaki didepannya mengernyitkan dahi. Sudah jelas ia di sana karena itu adalah wilayah rumahnya walau sedikit jauh dari halaman. Namun ia tak menjawab apapun.
"Siapa nama mu?"
Kini lelaki yang diam itu menatap pada wajah lugu bermata hijau di depannya. Bagaimana seorang wanita tak mengenal dirinya. Seorang Evander putra satu-satunya dari Johanes orang terkaya di sana yang gak mungkin satu pun manusia tidak tahu.
"Apakah kamu menanyakan nama ku?"
Bernadette mengangguk sebenarnya rasa bersalah nya sangat tinggi yang mengakibatkan mereka berakhir di sumur tua inj. Sehingga ia ingin menjaga komunikasi dengan baik.
"Apakah kau datang kehutan dengan baju seperti ini, mungkin kamu sudah tahu siapa aku dan berniat menggoda ku bukan? tapi ini sedikit berlebihan hingga meloncat dari ketinggian seperti ini" Evander menaikan satu alisnya.
Bernadette melihat pandangan Evander pada kakinya yang hanya tertutup sebatas lutut. Tiba-tiba kepala Evander di pukul. "Dasar anak nakal, jangan berpikir macam-macam padaku!"