Nakula melanjutkan kendaraan dengan kecepatan sedang. Jujur saja dari hati, dia tidak ingin cepat sampai.
Entah apa yang melatarbelakangi dirinya yang begitu sebal untuk melakukan ini.
Nakula seperti dijebak dalam masalah ini. Atau mungkin Tuan Peter memang sudah merancang kematiannya.
Nakula segera membuang hal yang buruk seperti tadi. Mana mungkin seseorang, meniatkan meninggal dalam keadaan yang tidak elegan sama sekali.
Meninggal membentur bak mandi, merupakan hal yang konyol. Apa lagi untuk ilmuwan seperti Tuan Peter.
Ayah Nakula saja, memilih di atas kasur empuk miliknya. Bisa mengenang wajah Della yang sangat dia cintai.
Lalu tidak patut rasanya memikirkan jika Tuan Peter meninggal di tangan manusia itu sendiri.
["Tuan Nakula, anda di mana?"]
Nakula mendapatkan panggilan dari Damir. Pria yang menjadi asisten sementara itu harus kelimpungan ditinggal oleh Nakula begitu lama.
"Di tempat parkir. Ada apa memangnya?" tanya Nakula dengan sedikit sewot.