Nakula berjalan ke arah depan. Dia melihat ke depan dengan pandangan menyisir sekitar.
Di dalam saku ada ponsel yang selalu terhubung ke server anak buahnya. Sangat sulit untuk mengontrol kinerja dari jarak jauh. Tapi dia sudah menghubungi tim akan kejadian yang tidak menyenangkan.
"Kalian bisa lacak siapa anak kecil yang dimaksud?" Nakula berkata dengan begitu lirih. Belum lagi bahasa asing yang dia gunakan.
Di Singapura, mereka akan terbiasa dengan bahasa Inggris, Mandarin dan juga Melayu. Tentu akan jarang yang mengunakan bahasa Rusia yang Nakula gunakan sekarang.
"Kalian paham dengan instruksi. Aku tebak dalam hitungan ke lima, akan ada yang menekan pelatuk ke arahku."
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Dor!
Benar saja, ada bunyi alat tembak yang mengarah ke jantung Nakula. Dalam satu tarikan napas, peluru tersebut berhasil mengenai Nakula.
Jalanan menjadi ramai. Banyak orang yang melihat siapa yang tertembak di sana. Ada yang berinisiatif menelepon ambulan.
