Jane masih memperhatikan Nakula yang tertawa terbahak-bahak. Suaminya memang begitu puas untuk mengerjai Asmara. Sampai tawanya saja tidak hilang meski sudah sampai mobil.
"Kau begitu iseng pada Asmara. Kasihan dia," ucap Jane yang memilih untuk menyudahi Nakula tertawa.
"Habisnya begitu lucu sekali. Dia memang harus banyak dihibur Jane. Hidupnya pahit. Beda dengan kita yang manis."
Nakula tersenyum manis ke arah Jane. Istrinya masih saja memegang tangannya erat. Seperti enggan untuk melepaskan dahulu.
"Iya tapi yang jangan terlewat batas. Kalian juga kan sepupu. Harus ada rasa saling pengertian," ujar Jane yang hanya sekedar mengingatkan saja.
"Begitu memang. Tapi ini tidak setiap hari kok. Kami saling pengertian aslinya."
Nakula tersenyum lagi. Senyumnya itu memang menular untuk Jane sendiri.