Nakula menatap Jane dengan raut wajah yang menahan tawa. Tidak menyangka sama sekali, jika Jane akan selucu ini.
"Kau tidak salah sama sekali memang, Sayang. Tapi dia bukan kedua untuk menjadi istriku. Tapi gadis kedua yang mungkin menjadi saudara kita."
Nakula seperti menahan napas. Dia tidak bisa meyakinkan dirinya, jika memiliki saudara selain Sadewa.
"Maksudmu, kau menemukan anak ayah atau dia sendiri yang datang padamu?" tanya Jane yang meyakinkan penjelasan Nakula.
"Dia yang datang sendiri. Minta untuk diakui. Karena itu, aku memutuskan tes DNA segera."
Jane sedikit paham dengan hal ini. Dia merasa yakin Nakula tidak berbohong. Pantas saja Nakula terlihat dekat dengannya.
"Kau dilanda cemburu, Jane?" tanya Nakula yang lebih untuk meledek istrinya.
"Tidak."
Jane memalingkan wajahnya agar tidak kentara begitu malu. Tentu dia tidak ingin Nakula merasa begitu menang karena sudah dicemburui olehnya.
"Astaga, mengaku cemburu juga tidak apa-apa. Aku paham kok."